Kisah Mistis Kehidupan Kerajaan Suku Bunian Di Sambas Kalimantan

Kerajaan Suku Bunian Di Sambas Kalimantan

                                   Gambar Kerajaan Suku Bunian Di Sambas Kalimantan

Kerajaan Suku Bunian Di Sambas Kalimantan

Cerita mengenai kehidupan bangsa lelembut ini bukanlah isapan jempol. Orang-orang Kalimantan Barat sangat meyakini golongan Bunian yaitu kenyataan. Kerapkali makhluk halus itu membaur dengan manusia, walau tidak diakui kemunculannya. Pada bebrapa waktu spesifik, sering orang lihat golongan Bunian ada di dalam keramaian. Sang lelembut terlihat seperti manusia umum. Cuma saja, satu ciri fisik tidak dapat menutupi mereka. Di muka mereka tidak ada garis pada hidung dengan bibir atas. Alisnya juga menyatu. Parasnya memanglah aneh serta terkesan menyeramkan. 

Cerita Fakta : Cerita Kehidupan Bunian Sambas 

Ada satu hal yg tidak bisa dikerjakan manusia apabila ada dekat dengan golongan Bunian : janganlah sekali-kali ikuti ajakannya. Apabila itu dikerjakan, jadi ia bakal masuk ke alam gaib mereka serta akan tidak dapat kembali. Pusat komune golongan Bunian terdapat di sekitaran Pantai Selimpai, Kecamatan Paloh. Juga ada di sekitar Tanjung Batu, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. 

Tatanan kehidupan golongan Bunian sangat teratur. Itu lantaran mereka di kelola oleh system kerajaan yang teratur. Mereka juga bukanlah type makhluk pengganggu yang suka 
meneror manusia. Bahkan juga demikian sebaliknya, sekali saat mereka tampak membaur dengan manusia untuk berikan pertolongan. 

Masalah perang etnis di Sambas sekian waktu lalu, konon juga melibatkan golongan Bunian ini. Raja mereka berniat mengerahkan pasukan Bunian untuk menyingkirkan etnis khusus yang dikira mengganggu ketenteraman hidup etnis pribumi. Namun masih tetap saja ketidaksamaan alam dengan mereka mengakibatkan manusia takut. 

Pendeknya, kehidupan golongan Bunian bukanlah sebatas cerita. Namun betul-betul riil. Apabila menginginkan menjumpai golongan Bunian, datanglah ke pusat komune mereka di sekitaran Pantai Selimpai atau Tanjung Batu. Sudah pasti, tak demikian saja seorang dapat terkait segera dengan bangsa lelembut ini. Tetapi mesti dengan pertolongan orang sebagai penghubung. 

Di ke-2 pantai itu, senantiasa ada orang yang dapat jadi penghubung dengan beberapa orang dari bangsa Bunian. Menurut Hendra Sukmana, aktivis LSM yang saat ini menjabat Ketua Panwaslu Kota Singkawang, tanpa ada penghubung, tidak mungkin saja orang umum dapat berjumpa segera dengan golongan Bunian. Cuma orang yang miliki kekuatan khususlah yang dapat berhubungan segera dengan mereka. Tanpa ada mempunyai kekuatan sejenis itu, jadi beberapa orang cuma dapat lihat pantai ini sebagai tempat wisata yang indah saja. Tak kian lebih itu. 

Walau demikian, dalam keadaan khusus, mungkin orang umum bersua dengna golongan Bunian. “Sewaktu-waktu orang umum juga kerap bersua dengan golongan Bunian yang tengah ada di sekitaran mereka. Seperti di pasar-pasar rakyat, didalam mobil angkutan umum, di tepi sungai, bahkan juga di supermarket, ” katanya pada penulis. 

Nah, saat itu, jelas Hendra, janganlah sekali-kali berbuat asal-asalan. Umpamanya, sok akrab dengan berniat menegur mereka. Se¬bab apabila tak mempunyai bekal batin yang kuat, kita dapat dipengaruhi oleh ajakan mereka. Terlebih apabila golongan Bunian yang memperlihatkan diri itu yaitu kaum wanita. “Jika tak ku¬at iman, kita dapat terpikat. Bila itu berlangsung, jadi kita akan tidak dapat kembali pada dunia manusia lagi, ” tutur Hendra. 

“Diculik” Golongan Bunian 

Apabila orang kehadiran golongan Bunian, di pastikan akan dicekam rasa takut. Kehadirannya memanglah sering bikin bulu kuduk merinding. Lumrah saja, siapa yg tidak takut apabila di datangi mahluk halus. Terlebih sampai kini berkembang asumsi apabila golongan Bunian senantiasa membawa manusia ke dunianya. Cerita-cerita bangsa manusia kerap dibawa ke alam golongan Bunian ini telah kerap terdengar. 

Umpamanya satu peristiwa pada paruh akhir th. 1995 di daerah Sejangkung, Sambas. Saat itu ada anak kecil kelas 2 SD yg tidak kembali pada tempat tinggal sesudah pulang sekolah. Sesaat rekan-rekan yang lain telah tiba dirumah. Jadi keluarga si anak ini juga kuatir. Mereka mencari-cari si anak ke tempat tinggal neneknya, tetapi tak diketemukan. Demikian halnya di tanyakan pada beberapa rekannya, mereka tidak paham. 

Sampai akhimya, orangtua si anak menghubungi orang pandai di daerah itu. Sesudah lewat deteksi batin, orang pandai ini menyampaikan apabila si anak dalam kondisi selamat. Hanya, sekarang ini ia tengah ada di dalam lingkungan golongan Bunian. Info itu sedikit banyak dapat di terima keluarga. Sebab saat di tanyakan pada salah seseorang rekannya, ia menyampaikan apabila sesudah pulang sekolah, anak ini di ajak pergi sebagian anak kecil yg tidak di kenal. Orang pandai ini juga lalu menyimpulkan apabila yang mengajak si anak hilang ini yaitu anak-anak golongan Bunian. 

Memperoleh info sekian, orangtua si anak sangat kuatir. Mereka dihinggapi fikiran negatif bila si anak tidak bakal dapat kembali pada ke dunia manusia. Orang pin¬tar yang disuruhi pertolongan ini jadi tersenyum. Ia lantas pamit untuk lakukan suatu hal. Nah, saat hari mulai senja, mendadak tiupan angin kencang menghantam rupa orangtua si anak hilang. 

Momen itu dirasa benar oleh semua penghuni rutnah. Mereka juga dicekam ketakutan mengagumkan. Sebab peristiwa itu begitu tak umum. Di tengah-tengah situasi mencekam itu, mendadak pintu tempat tinggal diketuk seorang. Waktu di buka, nyatanya si anak hilang itu telah berdiri di depan pintu. Orangtua keluarga itu juga terasa suka lantaran anaknya sudah kembali. 

Saat di tanya kemana sajakah dia pergi, dengan polos anak ini menyampaikan apabila ia pergi berbarengan rekan-rekan barunya naik perahu besar. Lantas dia di bawa berlayar tak tahu ke mana. Walau semua beberapa orang asing, namun si anak ini terasa suka. Sebab terkecuali berbarengan rekan-rekan baru, dia dapat juga bermain berbarengan. Menurut si anak, sesudah senang bermain, perahu besar itu kembali merapat. Dia lalu diantar beberapa rekannya pulang ke runah. Terakhir, beberapa rekannya itu tidak ada lain yaitu golongan Bunian.

Dibawa ke Alam Gaib 

Walau ada yang kembali pada dunia manusia sesudah terkait dengan golongan Bunian, nyatanya banyak juga yg tidak kembali dengan kata lain terbawa ke alam gaib. Hal semacam itu, dapat berlangsung lantaran sebagian sebab. Pertama, memanglah telah diinginkan manusianya sendiri untuk berhimpun dengan dunia Bunian. Ini berlangsung apabila, misalnya, seseorang pria jatuh hati dengan wanita dari bangsa lelembut itu. Setelah itu orang ini menginginkan terkait selalu sampai kepelaminan. Sudah pasti, orang ini akan tidak kembali pada alam riil. 

Sebab ke-2, seorang tergiur oleh ajakan golongan Bunian. Berikut yanag senantiasa diwanti wanti tiap-tiap orang supaya waspada serta janganlah gampang tergiur ajakan mereka. Ada satu momen di th. 1990-an. Dahulu, pernah ada seseorang pemuda bernama Mahyan. Ia dinyatakan hilang. Awal mulanya, beberapa orang desa menduga dia pergi ke Pulau Tambelan untuk bekerja di bagan, tempat mencari ikan. Tetapi, bajunya di almari masihlah utuh. Itu mengisyaratkan apabila Mahyan tak pergi kemana saja, atau pergi tanpa ada pamit. 

Menurut cerita beberapa rekannya, tadi malam Mahyan berteman dengan seseorang wanita. Kebetulan mulai sejak sekian hari lantas, ada minggu hiburan rakyat di depan kantor kecamatan. Nah, mulai sejak berteman itu beberapa rekannya tak lihat lagi batang hidung Mahyan. Hingga esok harinya, Mahyan tak kembali. Bahkan juga sampai berhari-hari, minggu, bln. serta th.. Selanjutnya, Mahyan tidak di ketahui lagi di mana rimbanya. Beberapa orang di kampung berkeyakinan apabila Mahyan hilang lantaran dibawah ke alam golongan kaum Bunian. 

Ciri Golongan Bunian 

Fenomena golongan Bunian telah mendarah daging dalam orang-orang Sambas. Walau sering nampak rasa takut apabila didekati golongan Bunian, tetapi orang-orang disana telah punya kebiasaan. Jadi bisa dikata, mereka tidak rasakan lagi ada masalah. Walau demikian, mengulas masalah Bunian untuk mereka, yaitu tabu. Mereka lebih pilih diam daripada menceritakan golongan Bunian. Atau jikalau menceritakannya, namun dengan cara bisik bisik. Seakan-akan takut suara bicaranya didengar orang lain, terlebih golongan Bunian. 

Apabila mendadak mereka rasakan kehadiran golongan Bunian, beberapa orang Sambas umum menyampaikan, " Oh, insanak datang! " Kemudian dengan cara tidak diam-diam dia bakal menjauhi orang Bunian itu. Dapatkah golongan Bunian ini dibedakan dengan manusia umum? Sudah pasti dapat. Bahkan juga ketidaksamaannya sangat menyolok. Rudi Fitrianto (38), warga Kota Singkawang, menyampaikan apabila ketidaksamaan itu terlihat pada tampilan fisik. 

Umpamanya di bagian muka. Golongan Bunian di kenal tak mempunyai garis atau tepatnya lekukan yang memanjang pada hidung den¬gan bibir atas. " Itu yaitu ciri kodrati golongan Bunian, ” tutumya. Berikut ciri fisik yang begitu terang membedakan golongan Bunian dengan manusia. “Kalau kita lihat seorang yg tidak mempunyai garis bibir itu, jadi di pastikan orang itu yaitu golongan Bunian, ” katanya lagi. 

Ciri yang lain, golongan Bunian mempunyai bentuk alis yang khas. Alisnya lebat serta terlihat seperti menyatu. Ciri seperti ini, bisa jadi ada pada beberapa kecil manusia. Selebihnya, bentuk fisik golongan Bunian dengan manusia hampir sama. Umpamanya masalah tinggi tubuh. Karenanya, apabila berpapasan dengan cara sekilas, hampir seorang tidak bisa membedakan dia yaitu Golongan Bunian atau manusia. Selebihnya, jelas Rudi, bentuk golongan Bunian memanglah halus. Hingga beberapa orang menyebutnya makhluk halus atau lelembut. 

Walau mereka mahluk halus yang kadang-kadang memperlihatkan diri, ada beberapa orang khusus yang dapat lihat golongan Bunian dalam kondisi dengan cara kasat mata. Mereka yaitu beberapa orang tua serta anak-anak kecil, walau tak semua. Satu tahun lebih lantas, saat pecah perang etnis di Sambas, banyak anak-anak kecil yang kerap duduk di tepi sungai Sambas. Saat di tanya kenapa sekedar duduk di situ, mereka menjawab tengah lihat kapal besar yang mengangkut beberapa orang. Kapal itu tampak menuju Keraton Sambas. 

Kebenaran cerita anak-anak itu diperkuat fakta apabila di halaman Keraton Sambas, dengan cara mendadak berkibar bendera wama kuning. Tersebut bendera khas Kerajaan Sambas tempo dahulu, yang mulai sejak lama tak pernah dikibarkan. Kondisi itu memberi tanda apabila bangsa Bunian tengah berkumpul di sekitaran Keraton Sambas. Cuma saja bentuk mereka tak tampak. Serta saat malam harinya, warga Sambas lihat kotanya begitu sangat ramai. Tetapi mereka sekalipun tak mengetahui beberapa orang itu datang dari tempat mana. *** 

Asal Usul golongan Bunian 

Tak dapat disangkal kemunculan Golongan Bunian sedikit banyak berikan perasaan takut dalam diri manusia. Walau mereka sesungguhnya tak mengganggu. Kehadirannya sering bikin bulu kuduk merinding. Maklum, ketidaksamaan alam mereka sudah bikin sejenis jurang pemisah. Walau sebenarnya, apabila dikilas balik, asal usul golongan Bunian ini yaitu manusia juga. Kehadiran mereka begitu erat hubungan dengan kerabat Keraton Sambas. Siapakah sesungguhnya golongan Bunian ini?

Th. 1757 M, Kerajaan Islam Sambas ada di puncak kejayaan. Raden Djamak yang bergelar Sultan Oemar Aqqamaddin (II), naik tahta. Ia mengantikan ayahanda Sulta Abubakar Kamaluddin, keturunan Sultan Hasan Ibnu Syaiful Rizal. Keraton Sambas sering juga dimaksud istana Alwaat Zik Hubbillah. Keraton ini terdapat di muara Ulakan yang menghadap persimpangan tiga cabang anak sungai, yaitu Sungai Sambas, Sungai Teberau serta Sungai Subah. 

Diujung utara berlatar belakang Gunung Senuju yang melengkung hijau, sesaat di samping timur berderet bukit barisan yang diberi nama Pegunungan Sebedang. Di muara Sungai Sambas selatan diapit dua gunung, yakni Gunung Gajah serta Gunung Kalangbau. Lantaran keadaan geografis tersebut, negeri Sambas jadi populer. Negeri itu aman serta makmur dengan julukan “negeri laksana kembang setaman”. 

Keraton Sambas didirikan oleh Raden Sulaiman yang bergelar Sultan Muhammad Tsafiuddin I di Tanjung Muara Ulakan Lubuk Madung, th. 1687 Miladiyah. Atau bertepatan dengan th. 1680 Hijriah. Raden Sulaeman yaitu putra dari Giri Mustika, Raja Tengah, yang menikah dengan putri Surya Kencana, adik raja Panembahan yang memerintah Kerajaan Tanjungpura. Perkawinan itu berlangsung lantaran kapal yagn ditumpangi Raja Tengah dihantam badai di sekitaran Pulau Tanjung Datuk. Peristiwanya waktu ia pulang dari Keraton Johor menuju Sarawak. 

Tanjung Datuk sendiri populer angker. Menurut narasi, Tanjuk Datuk atau Paloh itu yaitu pusat pemerintahan beberapa orang Bunian. Kerajaan Sambas Tua terdapat di Kota Lama serta ada di lokasi Kecamatan Teluk Keramat, Kabupaten Sambas. Kerajaan itu di kenal dengan nama Kerajaan Ratu Sepudak, yang disebut pendiri kerajaan kecil itu pada zaman sebelumnya masuknya dampak Islam ke Sambas. 

Berdasar sebagian sumber, kerajaan kecil di Paloh pada awalnya di pimpin oleh Pangeran Prabu Kencana yang bergelar Ratu Anom Kesuma Yoeda. Lengsernya beliau dari tahta pemerintahan lantaran pemberontakan yang dikerjakan oleh anak angkatnya yagn datang dari negeri Bunian bernama Tan Nunggal. Serta menurut narasi dari mulut ke mulut di kelompok kerabat istana, yagn sekarang ini memerintah di Kerajaan Bunian yaitu keturunan raja sambas bernama Raden Sandi. Raden Sandi dinyatakan menghilang dari kerajaan, lantaran di ambil golongan Bunian. 

Menurut Hasan (65), kuncen Keraton Sambas, yagn juga masihlah keturunan Pangeran Bendahara, putra Sultan Moehammad Tsafiuddin II, menampik bila raibnya sang pangeran lantaran di ambil untuk jadikan raja di Kerajaan Bunian. “Itu tak benar. Tak ada orang Bunian yang mengambil Raden Sandi. Beliau Raib lantaran kehendak Allah semata, ” katanya. 
hasan 
Raden Sandi Braja, kata Hasan, yaitu satu diantara putra raja Sambas Sultan Moehammad Tsafioeddin II. Ia termasuk juga sosok yang jenius serta dapat merampungkan sekolah sekolah sebelumnya waktunya. Tanggal 8 Desember 1890, ia meneruskan sekolah ke tanah Jawa diantar Menteri Pangeran Tjakranegara Pandji Anom. Keberangkatannya berbarengan dengan diasingkannya sang ayahanda ke tempat pembuagnan oleh Penjajah Belanda. 

Raden Sandi serta saudaranya Raden Mohammad diserahkan pada Tuan Bestantjesdijk, direktur Opleideing School di Bandung. Serta, lima th. lalu keduanya kembali sesudah sukses menyeelsaikan pelajarannya dengan baik. Selesai itu ia segera diangkat jadi putra mahkota, tetapi belum pernah menempati tahta, beliau wafat dunia. 

Terdapat banyak versi masalah kematian Raden Sandi Braja. Konon, sang pangeran muda jatuh cinta pada seseorang gadis dalam lingkungan istana. Sayangnya, jalinan itu tak disetujui Datu Sultan. Maklum, sang gadis nyatanya masihlah saudara sendiri. Ini begitu dipantangkan di keraton. 

Sesungguhnya, sang pangeran mdua itu sudah dijodohkan dengan gadis yagn datang dari Negeri Titis Sepancuran, Brunai Darussalam. Lantaran memanglah demikianlah pesan leluhur memerintahkan. Namun ia tetap harus menampik, hingga pada akhirnya mengambil jalan tengah. Dengan lega dada ia terima anjuran dari ibundanya. Sarannay, bila tetaplah menampik untuk dijodohkan dengna puteri dari Brunai, jadi ia diijinkan mencari puteri dari negeri lain, seandainya bukanlah dengan saudara sepupu sendiri. Jadi berangkatlah Raden Sandi ke negeri Johor. 

Namun, baru sebagian bln. disana, ia memperoleh berita kalau kekasihnya sudah dinikahkan dengna seseorang lelaki asal negeri Siak. Mendengar berita tak enak itu, Raden Sandi segera membatalkan perantauannya. Ia pulang ke Sambas untuk menunjukkan kebenaran berita iut. Serta, sebenarnya sudah membuatnya sakit hati. Ia tidak menganggap ayahandanya tega memtuuskan jalinan mereka. Jadi tanpa ada fikir panjang lagi, Raden Sandi melampiaskan amarahnya. Ia mengamuk serta tidak seseorang juga dapat menahan kehebatannya.

Selesai melampiaskan kemarahannya, ia bersumpah tidak bakal menempati tahta kerajaan serta bakal meninggalkan Sambas selamanya. Nampaknya, takdir berkehendak lain. Belum pernah Raden Sandi meninggalkan istana Sambas, ia terkena penyakit yang tidak ada obatnya. Penyakit itu pada akhirnya merenggut jiwanya. Tetapi satu keajaiban berlangsung. 
Sebentar sesudah mengembuskan nafas, badan Raden Sandi hilang tak tahu ke mana. Yang tinggal hanya batang pisang. Raden Sandi hilang dengan cara misterius. 

Menurut beberapa kawula istana, jenazah putra mahkota itu lenyap misterius serta digandi batang pisang. Namun banyak juga yagn menyampaikan apabila ia mati di ambil oleh orang Bunian di Paloh. Konon, itu sebagai tebusan atas nyawa burung peliharaan Putri Kibanaran (Orang Bunian) yagn tewas waktu Raden Sandi berburu di rimba Paloh. Orang pandai dari keraton menyebutkan kalau Raden Sandi Braja sudah jadi raja di Negeri Kibanaran. 

Terakhir, terdapat banyak sumber yang menyebutkan kalau dahulu pernah ada pengusaha dari Singapura yagn pergi ke Bandar Paloh serta bersua dengan Raden Sandi. Dengan mata kepala sendiri ia melihat begitu situasi di Bandar Paloh begitu ramai serta repot, laksana pelabuhan laut satu negara besar. Transaksi dagang dengan Raden Sandi juga berjalan. Namun apa yang berlangsung. 

Waktu sang pengusaha yang bernama Taib bin Djasman buka map transaksi di depan rekannya dari Jakarta, kertas bernilai itu hanya selembar daun sirih yang telah layu. Dengan penasaran sang pengusaha itu kembali pada Bandar Paloh. Namun, yang didapat disana tidak sama. Yang dia saksikan saat ini hanya satu desa serta pasar kecil di tepi sungai kecil. Beberapa lokasi masihlah ditumbuhi rimba lebat. 

Segi Lain Keraton Sambas 

Saat keemasan Kerajaan Sambas sudah selesai. Tetapi beberapa bekas kebesarannya masihlah dapat disaksikan sampai saat ini. Salah nya ialah kehadiran Keraton Sambas yang masihlah berdiri kokoh di segi muara dari tiga cabang anak sungai di Sambas. Rasa hormat orang-orang juga masihlah tinggi pada keluarga keraton. Uniknya, banyak beberapa cerita cerita sekitar keraton yang susah di terima logika. 

Susah rasa-rasanya mencari info komplit asal mula nama Sambas. Tetapi, cerita rakyat, menyebutkan kalau nama Sambas datang dari dua orang teman dekat yaitu Samsudin serta Abas. Samsudin datang dari Suku Daya serta Abas suku Melayu. Diantara mereka ada seseorang tokoh keturunan Tionghoa. Dalam bhs Cina, persahabatan mereka dimaksud Sam yang berarti tiga. Jadi beberapa orang Tionghoa disana menyebutkan mereka Sambas. 

Menurut satu versi, asal mula Sambas datang dari Paloh, pusatnya kerajaan urang Kibanaran atau golongan Bunian. Serta orang yang kali pertama kawin dengan golongan Bunian yaitu Samsudin. Mulai sejak perkawinannya dengan golongan Bunian di Paloh, Samsudin tak pernah memerlihatkan dianya lagi. Diberitakan apabila Samsudin sudah menjelma jadi bangsa Kibanaran atau golongan Bunian. Wujudnya menghilang serta tidak terlihat lagi oleh pandan¬gan mata. 

Tetapi walau tidak sama alam, Samsudin masihlah ikuti ke-2 sahabatnya. Ke manapun mereka pergi, Sam senantiasa turut. Demikian halnya demikian sebaliknya. Persahabatan mereka abadi serta di kenal histori sampai saat ini. Hingga satu saat, ketiga teman dekat ini meneguhkan kesepakatan tidak untuk sama-sama menyakiti hingga akhir hayat. Mulai sejak itu seolah tercetus ikrar pada suku Dayak yang dimaksud orang darat serta suku Melayu yang dimaksud orang Laut. 

Sebagai isyarat ikrar, diambillah sebongkah batu sisa reruntuhan Gunung Sibatu. Terucaplah ikrar keramat mereka, " bila batu itu muncul, jadi bakal perang orang darat melawan orang laut. Dan merta dengan ikrar, dibuanglah batu di persimpangan Sungai Tibarrau serta Sungai Subah. Mendadak air tempat jatuhnya batu berputar, seperti akan memberi peringatan kalau janji yang di buat tidak bisa dilanggar. 

Hingga sekarang ini, masihlah dapat disaksikan air di sekitaran tempat itu masihlah berputar. Beberapa orang Sambas menyebutnya Muara Ulakkan, lantaran air mengulak atau berputar. Pada akhirnya tercetuslah nama Sambas yang datang dari Samsudin serta Abas. Daerah itupun di kenal banyak buayanya. Satu diantaranya ada seekor bu¬aya kuning. Oleh masyarakat disana, raja air itu diberi nama Nek Goro atau Nek Agou. Apabila cuaca hujan rintik yang diimbangi cahaya matahari (hujan panas), buaya ini bakal memperlihatkan diri. Ia berenang hilir mudik dengan tenangnya. 

Sumur Keramat 

Di segi Keraton Sambas, ada satu sumur yang airnya berwarna keputih-putihan. Sumur ini begitu dikeramatkan lantaran mempunyai keampuhan. Untuk warga Sambas, cerita satu tahun lebih lantas masihlah terngiang-ngiang. Satu tahun lebih silam, sumur keraton ini begitu popular. Tepatnya saat meletus kerusuhan antarsuku yang memakan banyak korban. Tragedi berdarah itu terekam dalam lukisan besar didalam ruang paling utama Keraton Sambas. Setiap harinya, air sumur ini tidak pernah dipakai. Sebab keluarga keraton seringkali menggunakan air sungai untuk kepentingan keseharian. 
sumur keramat 
Menurut cerita, air sumur ini mempunyai keampuhan yang begitu mengagumkan. Cuma saja, keajaiban air sumur ini nampak apabila berlangsung satu kondisi darurat. Umpamanya sesudah minum air sumur ini, badan jadi kebal pada ba¬cokan beragam model senjata tajam. Diluar itu, orang yang meminumnya dapat tumbuh keyakinan diri yang kuat serta keberanian mengagumkan. 

Dulu, saat tentara Jepang serta Belanda kuasai Sambas, tingkah laku mereka begitu kejam serta bengis. Terkecuali menindas, mereka juga sering menyiksa rakyat. Banyak korban jiwa terenggut. Untunglah, air sumur keramat Keraton Sambas dapat jadi jalan keluar. Sesudah meminum air sumur ini, orang juga jadi kebal. Diluar itu nampak juga keberanian orang ini untuk untuk melawan golongan jenjajah. 

Ada satu orang yang disebut-sebut ada di balik kemujaraban sumur keramat ini. Dia yaitu Raden Sandi Braja, putra mahkota Kerajaan Sambas, yang lalu jadi Raja di negeri golongan Bunian. Dengan kesaktiannya Raden Sandi bikin air sumur itu jadi manjur. Konon, maksudnya bikin sumur ini tidak lain supaya keluarga serta kawula Keraton Sambas bisa membela diri serta sekalian terlepas dari penindasan bangsa lain.