Jejak Birahi Wanita Siluman Buaya
Gambar Jejak Birahi Wanita Siluman Buaya
Jejak Birahi Wanita Siluman Buaya
Kehadiran makhluk siluman di bumi Tuhan ini memanglah tidak bisa dibantah lagi. Keyakinan atas kehadiran makhluk gaib itu nyatanya telah berakar mulai sejak jaman nenek moyang di masa primitif. Serta di masa terbaru, beberapa siluman kerap masuk dimensi ruangan serta saat kehidupan manusia di alam riil. Mereka menggoda, memperdaya, bahkan juga menginginkan kuasai insan yg tidak beriman lahir serta batin. Cerita misteri di bawah ini adalah contoh riil dari demikian banyak masalah yang pernah berlangsung begitu diantara manusia serta siluman diakui bisa hidup berbarengan dengan penuhi kriteria yang sudah disetujui terlebih dulu. Di bawah ini sepenggal catatan hitam kehidupannya lantaran hampir tergoda sesosok makhluk siluman yang di kenal dengan sebutan siluman buaya.
Jejak Birahi Wanita Siluman
Akhir Nopember th. 2008, saya dihubungi seseorang rekan di Medan lewat telephone. Dia tawarkan pekerjaan yang cukup menjanjikan di ibukota Sumatera Utara itu. Saya yang telah cukup lama menganggur sesudah di PHK di satu pengeboran minyak punya asing di daerah Riau daratan cukup tertarik dengan tawaran rekan itu, walau untuk sesaat mesti meninggalkan keluarga di kota Pekanbaru. Saya serta Darwis Tanjung, sekian nama rekan itu, dahulu keduanya sama kuliah di Medan pada suatu perguruan tinggi swasta. Demikian menyandang gelar sarjana ekonomi, saya merantau ke daerah Riau. Di terima bekerja disana. Sesaat Darwis Tanjung lebih suka berwirausaha, melanjutkan usaha orang tuanya yang mempunyai beberapa toko barang antik serta kuno di beberapa kota di Sumatera. “Untuk sesaat kau tinggal saja berbarengan kami, ” ajak Darwis saat menjemputku di Bandara Polonia Medan. “Bukan menginginkan menyombongkan diri, rumahku cukup besar di lokasi elit Perumahan Bumi Asri, ” susulnya lalu. Di tempat tinggalnya yang cukup elegan itu, saya diperkenalkannya dengan Rasiam, wanita cantik, berkulit sawo masak serta ke-2 bola mata agak sipit itu menyongsong uluran tanganku dengan senyum.
Hari pertama saya ada di Medan, Darwis kelihatannya tidak mau menghabiskan waktu. Dia segera mengajakku ke toko barang antiknya di bilangan Kesawan serta Petisah. Berteman dengan petugas serta pelayan toko disana. Pada mereka, Darwis menyebutkan kalau saya bakal diangkatnya sebagai manajer pemasaran merangkap wakil yang memiliki usahanya. Pagi itu saat sarapan, Darwis menginformasikan kalau untuk sepanjang sekian hari dia tak ada dirumah, lantaran sore kelak dia turut rombongan dari kantor Dinas Purbakala ke Jakarta manfaat mengulas beberapa masalah pencurian bendabenda kuno peninggalan sejarah dengan lembaga berkaitan. “Selama saya tak ada ditempat, kau tangani saja semuanya masalahku di beberapa toko Kesawan serta Petisah itu! ”pesannya saat saya mengantarkannya ke bandara Polonia, “Namun bila ada beberapa hal yang rumit, janganlah segan-segan menghubungiku lewat handphone! ”
Malam pertama tinggal berduaan dengan Rasiam sungguh menggelisahkan. Terlebih sampai kini mulai sejak saya tinggal berbarengan mereka, saya serta istri rekan ini begitu tidak sering berkomunikasi. Rasiam adalah type wanita pendiam serta berkesan agak misterius. Karena sangat misteriusnya, sepanjang hari dia sukai berkurung dalam kamar saja meski suaminya kerap mengajaknya bercakap bersama-samaku pada beberapa saat senggang. Selesai makan malam yang disiapkan oleh petugas katering, saya isi saat duduk di ruangan tamu dengan membaca koran sore. Malam mulai larut saat rasakan mataku berat, mengantuk. Sesudah tutup jendela serta pintu dan menguncinya, saya menyeret kakiku mengambil langkah masuk kamar tidur yang bersebelahan dengan kamar tuan tempat tinggal. Barusan badan kubaringkan ditempat tidur, mendadak saya seperti mendengar seorang mengeluh serta mengaduh-aduh. Saya selekasnya bangkit untuk meyakinkan dari tempat mana datangnya nada itu. Lantas mengira bersumber dari kamar samping, kamar tidur pasangan suami istri itu.
Sesaat saya tercenung. Maju mundur niatku untuk datang menjumpai istri rekan itu ke kamarnya manfaat bertanya apa yang dirasakannya. Sangkanya kurang elok mendatangi seseorang wanita yang telah bersuami seseorang diri dalam kamar tidurnya. Namun lantaran nada mengeluh serta mengaduh terdengar makin keras, saya jadi tak tega juga. Lantas selekasnya menghambur masuk ke kamarnya. Nyatanya wanita ini memanglah memerlukan pertolongan, lantaran di pembaringan badannya kulihat menggeliat geliat menahan kesakitan.
Saya telah bersiap-siap untuk menghubungi dokter saat telephone di ruangan tamu berdering. Segera kuangkat, nyatanya datang dari Darwis di Jakarta. “Maaf Andi, ada yang terlupa, saya minta tolong supaya malam ini dan sebagainya saat saya tak dirumah, menyiram serta memandikan satu patung buaya yang terbuat dari tembaga serta dibalut besi kuningan yang ada di ruang pribadi penyimpanan beberapa barang dagangan di belakang dekat dapur, ” kata Darwis dari ujung telephone itu. Saya masihlah menginginkan bertanya suatu hal tetapi jalinan perbincangan singkat itu sudah terputus. Walau masihlah menaruh pertanyaan dalam hati, saya taat saja mengerjakannya lantas bergegas ke area untuk menyimpan beberapa barang kuno serta antik itu. Di dalamnya terlihat sebagian type benda-benda beragam bentuk berjejer merapat ke dinding tembok. Serta pas di tengah-tengah ruang itu terlihat satu patung berupa buaya selama kurang lebih satu mtr. tengah dalam posisi tiarap di lantai serta rahang ternganga lebar. Seperti keinginan Darwis, saya selekasnya menyiram patung buaya itu dengan air yang ada dalam drum ukuran kecil di dekatnya. Nyatanya bukanlah air asal-asalan, lantaran aromanya berbau khas aroma.
Saya mulai berprasangka buruk rekan ini telah meyakini beberapa hal yang sifatnya klenik, terlebih saat air mulai membasahi badan patung buaya tadi, rahangnya mendadak tutup. Serta yang paling aneh, berbarengan dengan itu Rasiam tahu-tahu telah berdiri di dekatku. Memerlihatkan keadaan kesehatannya yang kembali fresh bugar serta muka yang sumringah. Berarti, saya tak terasa butuh lagi untuk menghadirkan paramedis untuk menyembuhkannya.
“Terima kasih, Bang, ” katanya sembari berlalu. Saya hanya bengong, terima kasih untuk apa? Lagi juga baru itu kudengar dia berbicara padaku. Paginya istri rekan ini terlihat makin cantik dengan baju daster ringkas yang dipakainya. Tidak tebal, hampir dia tanpa ada baju. Lalu kami ikut serta dalam percakapan yang cukup mengasyikkan di depan kaca TV. Waktu itu Rasiam betul-betul alami perobahan mencolok dalam tampilan, tingkah serta perilakunya. Yang awal mulanya pendiam serta agak berkesan angkuh jadi seseorang wanita yang suka bercakap serta rendah hati. Bahkan juga kuanggap sangat over acting mengumbar badannya dihadapan pria yang bukanlah muhrimnya. Lalu percakapan berpindah sekitar hubungan dengan Darwis, yang menurut dia tak cocok. Dia menyampaikan hidupnya berbarengan pria itu kurang berbahagia lantaran tak pernah nikmati jalinan yang prima. Kata untuk kata serta kalimat untuk kalimatnya terdengar sendu serta memprihatinkan. Seperti orang yang telah kalah sebelumnya bertempur. Saya jadi trenyuh menyimaknya, lantaran masalah suami istri seperti ini memanglah kerap berlangsung. Untuk wanita kemewahan materi bukanlah segala-galanya, bila tak disertai dengan kenikmatan batin dalam terkait tubuh.
“Bang….. ” pelan Rasiam memanggil. “Hmmm….. ada apa? ” spontan lamunanku buyar.
“Mau membantu saya? ” “Menolong bagaimana? ” tanyaku sembari melihat berwajah yang mendadak kuyu serta lesu. “Anu, Bang…. ” “Anu apa? ” “Abang kan telah lama berteman dengan suamiku? ” “Ya, mengapa? ” “Jadi bila abang saya ajak tidur, dia akan tidak geram, bukan? ” “Gila anda, sudah pasti dia geram besar, walau dia rekan baikku! ” jawabku agak emosional. “Dalam ajaran agama serta kode etik sosial hal semacam itu begitu terlarang, serta bakal menjahanamkan manusia ke lubang neraka! ” susulku sedikit mengutip ceramah ceramah agama yang kerap saya dengar. Wanita cantik di depanku menyeringai.
“Tapi saya bukanlah manusia, ” katanya lalu masihlah nyengir. Berbarengan dengan itu aura mistis menghambat pandanganku. Saya masihlah terperangah saat nampak kemampuan gaib yang menyeretku mengambil langkah membuntutinya masuk ke kamar. Tak tahu bagaimana awalannya, tahu-tahu saya telah menggeletak berbaring di samping Rasiam yang telah dalam kondisi tak kenakan pakaian. Seperti sebagai seekor singa liar yang tengah kelaparan, wanita itu ‘menyerang’ sembari merobek-robek semua bajuku sampai keseluruhan. Lantas ke-2 tangannya bergerak cepat gentayangan semakin kemari berbarengan dengan desah biruoahinya yang mencapai puncak.
Selang beberapa saat merasa jantungku hampir copot dihantui ketakutan saat bayangan anak-anak serta istriku nampak dalam halusinasi. Mereka berteriakteriak berteriakteriak berupaya menghindar diriku terlepas dari perbuatan terlaknat ini. Spontan saya melepas badanku sebelumnya senjata terakhir milikku bertindak aktif. Kurun waktu berbarengan rasa itu alami penurunan ke titik nadir, alatku jadi loyo serta melempem. Demikian tersadar dengan cara utuh, saya hanya dapat terpana. Sadar, kalau terlebih dulu saya sudah dikuasai daya gaib dari luar yang mengakibatkan diriku kehabisan akal sehat. Lupa Tuhan, lupa dosa, serta lupa pada keluarga. Dalam hitungan detik lalu saya melihat penampakan yang aneh serta menyeramkan. Kulihat wanita cantik ini bangkit dari pembaringan. Perlahan kepalanya beralih bentuk jadi kepala serupa dengan bentuk kepala seekor buaya dengan rahang terbuka lebar. Di bagian berwajah bersisik yang berwarna hijau kehitam-hitaman itu tak tampak lagi profil Rasiam sebagai wanita cantik, terkecuali mulai batas leher ke bawah masihlah terlihat sebagai organ badan wanita tidak kenakan pakaian. Saat ini taring-taring giginya yang runcing serta tajam dan berkilat-kilat terdengar berbunyi, berdetak-detak, seperti menginginkan mengunyah-ngunyah organ badanku yang waktu itu masih tetap dalam kondisi tidak berpakain.
Saya cobalah menjauh, tetapi makhluk misteri yang berwujud 1/2 manusia serta 1/2 hewan itu lebih cepat beraksi. Ke-2 tangannya yang masihlah berupa manusia selekasnya mencapai ke depan, serta lewat kemampuan yang di luar sangkaanku, melemparkan badan tidak kenakan pakaian sampai melayang-layang di hawa yang lalu meluncur tercampak ke luar kamar lewat jendela yang tengah terbuka. Kemudian saya tak ingat apa-apa lagi.
Demikian siuman serta tersadar, yang pertama kalinya kulihat yaitu muka Darwis Tanjung. Rekanku ini menatapku dengan muka prihatin. “Maaf, lantaran sampai kini saya menginginkan senantiasa menutup-nutupi permasalahan pribadiku ke anda, Andi……. hingga kau hampir saja jadi korban! ” katanya dengan suara penyesalan. Setelah itu Darwis bercerita, kalau sebagian bln. waktu lalu dia pernah beli satu patung buaya kuno serta berkesan antik yang dipunyai oleh seseorang warga desa dekat kota Sibolga Tapanuli Tengah. Konon patung buaya itu diketemukan si warga di tepi pantai laut serta menjualnya dengan harga yang layak pada Darwis yang kebetulan tengah mencari barang barang antik di daerah itu. Lantas memboyongnya ke Medan.
Sebagian orang kolektor benda-benda kuno menginginkan membelinya dengan harga beragam sampai hingga milyar. Bahkan juga seseorang turis dari mancanegara menginginkan menawar sampai 10 milyar rupiah. Serta Darwis telah bersiap-siap menjualnya dengan harga paling tinggi saat malamnya dia punya mimpi didatangi seseorang pria tua kenakan sorban serta jubah berwarna merah tua. Orangtua itu melarang Darwis menjualnya, serta menyuruh supaya patung buaya itu pada beberapa saat spesifik disiram dengan air kembang tujuh rupa. Sesudah sekian kali lakukan arahan pria tua dalam mimpi itu, hari itu seseorang wanita cantik datang bertamu ke tempat tinggal Darwis. Sang tamu mengakui yang memiliki patung buaya itu, serta memohon supaya Darwis mengembalikannya. Demikian sebaliknya bila menginginkan memilikinya, si wanita cantik yang mengakui bernama Rasiam itu minta supaya Darwis menikahinya dengan cara diam-diam serta rahasia. “Karena saya memanglah belum berkeluarga, yang memiliki patung buaya itu kunikahi dengan semua suka hati. Kami menikah diam-diam serta dengan cara rahasia lantaran calon istriku itu tak mempunyai jati diri diri yang pasti. Tidak miliki KTP serta mengakui hidup sebatang kara” lanjut Darwis bercerita. Menurut dia, Rasiam adalah wanita yang ‘maniak’ yang masa datang di ketahui dia yaitu sosok wanita siluman. Tegasnya dari komune siluman buaya.
Sesudah memerhatikan pembicaraan cerita Darwis, cukup lama saya termenung saja. Terlebih sesudah dia menyampaikan, kalau Rasiam telah menghilang berbarengan patung buaya itu. Saya mengambil keputusan untuk pulang ke Pekanbaru lantaran begitu trauma atas peristiwa menyeramkan yang kualami. Siapa tahu wanita siluman buaya yang maniak itu kembali pada ke tempat tinggal rekan ini, menginginkan melampiaskan nafsu biruoahinya yang tidak berhasil menguasaiku hari itu. Satu minggu sesudah tiba di Pekanbaru, saya masihlah terasa seperti orang linglung. Pada istri, saya menyampaikan kalau pekerjaan di Medan kurang cocok dengan bakat serta pendidikanku, hingga mengambil keputusan untuk berhenti. Pengalaman mistis yang kualami berbarengan wanita siluman buaya berniat kututup rapat-rapat, biarkanlah hal semacam itu kuanggap sebagai sepenggal catatan hitam dalam histori hidup. Tetapi lihat kondisiku demikian kembali pada Pekanbaru seperti alami amnesia, istriku lalu selekasnya membawaku berobat dengan cara alternatif. Ahli kejiwaan yang kuasai permasalahan supranatural menyampaikan diriku alami traumatis lantaran pernah alami beberapa hal yang sifatnya mistis serta magis. Cukup lama juga diriku diterapi sampai kembali normal seperti awal mulanya. Sebagian bln. lalu, saya baru memperoleh berita, kalau rekanku Darwis Tanjung tewas dalam kecelakaan jalan raya di jalur perlintasan kereta api. Peristiwa itu satu hari sesudah saya ada kembali di Pekanbaru. Tempat tinggal gedung mewahnya di perumahan Bumi Asri diberitakan terbakar, ludes jadi abu. Toko barang antik almarhum di bilangan Kesawan serta Petisah jadi rebutan serta sengketa dari beberapa pakar waris yg tidak terang.