Kiasah Mistis Cerita Misteri Dibalik Asrama Yang Angker

Misteri Dibalik Asrama Yang Angker

                                                         Gambar Asrama Angker

Misteri Dibalik Asrama Yang Angker

Disuatu hari, saya mencari satu asrama buat aku tinggal. Pada akhirnya saya temukan sebuah 

asrama yang menurutku itu asramanya bagus. Lantas pada akhirnya saya hampiri satu asrama itu. 

Ketika saya menuju asrama itu saya menjumpai penjaga asrama itu. Serta penjaga asrama itu 

mengizinkan saya tinggal di asrama itu. 

Pada akhirnya saya tinggal di asrama itu. Saya berjumpa dengan satu diantara penghuni asrama itu namanya 

roni. Kami terlibat perbincangan bincang hingga jam 11. 30 lantas pada akhirnya saya tidur. Lantas pada awal hari aku 

bangun menginginkan ke toilet. Ketika saya tengah jalan saya terasa ada yang mengikutiku namun aku 

tak menengok ke belakang. 

Namun lalu saya membulatkan tekad, saya lihat kebelakang nyatanya ada sekumpulan hantu yang 

menguberku. Saya lari sekencang mungkin saja serta saya berjumpa dengan hantu penjaga asrama itu. Aku 

tak mampu lagi lari. Pada akhirnya saya juga pingsan, waktu saya terbangun saya ada di kuburan serta ada 

seseorang pria yg memberitahuku kalau dulu ada sekumpulan orang yang tengah bermalam di 

asrama itu lalu di bunuh oleh penjaga asrama itu. 

Sesudah membunuh kebanyakan orang lantas penjaga itu bunuh diri supaya tak ketahuan. Pada akhirnya aku 

meninggalkan asrama itu serta selekasnya mencari asrama yang lain.

Cerita Mistis Rumah Hantu di Perum Rinjani Malang Yang Angker

Rumah Hantu di Perum Rinjani Malang Yang Angker

                                           Gambar Rumah Hantu Perum Rinjani Malang

Rumah Hantu di Perum Rinjani Malang Yang Angker

Ada yang pernah tau tempat tinggal hantu rinjani atau Tempat tinggal Hantu Ijen Malang? Memanglah sih saat mencari informasi di google mengenai tempat tinggal hantu Rinjani, beritanya tak sejumlah tempat tinggal hantu Darmo Surabaya atau tempat tinggal hantu pondok indah, namun tiap-tiap malam tempat tinggal peninggalan zaman belanda yang telah lama tak berpenghuni ini banyak dikunjungi orang–orang tiap-tiap malam yang menginginkan lihat hantu bahkan juga mereka membawa set kamera lengkap supaya dapat memphoto serta merekam peristiwa menyeramkan itu, saya pernah berniat melalui depan tempat tinggal yang kata orang–orang berhantu itu, tempat tinggalnya terdapat di paling sudut dengan arsitektur kolonial gitu, bangunannya masihlah kokoh namun banyak tumbuhan liar tumbuh. Dali luar memanglah tampak begitu seram walau sebenarnya itu sore apa lagi bila malam ya. 

Cerita tempat tinggal hantu rinjani ini telah berkali–kali masuk koran salah satunya jawa pos serta malang pos, bahkan juga pernah masuk stasiun tivi swasta tak tahu pemburu hantu atau apa, saya juga tau dari rekan saya hehe. Dari berita burung ada penampakan wanita yang duduk diatap tempat tinggal tua itu, tuturnya sih noni belanda. Tak tahu berita itu benar atau tak tetapi berita itu telah menyebar luas bahkan juga mahasiswa baru yang kuliah dimalang atau yang sebatas bertandang penasaran menginginkan lihat bagaimana wujut tempat tinggal hantu rinjani itu (termasuk juga saya). Dari cerita yang saya bisa tempat tinggal hantu itu telah kosong mulai sejak lama karna tiap-tiap orang yang tempati tempat tinggal itu senantiasa dihantui oleh wujut noni atau orang–orang belanda gitu jadi hingga saat ini tempat tinggal itu tak berpenghuni, mungkin saja noninya tak ikhlas bila tempat tinggalnya itu dihuni orang lain. 

Tempat tinggal hantu Rinjani itu terdapat di Jl. Rinjani no 14 Malang, bila yang menginginkan bertandang ke tempat tinggal hantu Rinjani itu, dari jalan Ijen sebelumnya pertigaan samping kiri jalan ada tulisannya jalan rinjani, jalannya di portal namun umumnya di buka, karna masihlah termasuk juga lokasi elit maka dari itu di portal, nah tempat tinggalnya paling sudut sendiri nomor 14, bila ke sana malam hari tidak usah takut lantaran telah jadi obyek wisata, bila malam tentu beberapa orang yang berniat datang untuk melihat penampakan hantu noni Belanda.

Cerita Mistis Dibalik Air Panas Songgoriti Malang

Mistis Dibalik Air Panas Songgoriti Malang 

       
                                                  Gambar Air Panas Songgoriti Malang

Mistis Dibalik Air Panas Songgoriti Malang 

Kampus Brawijaya (UB) Malang tertarik untuk mempelajari air panas yang terdapat dibawah Candi Songgoriti. 

Beberapa ahli mulai bekerja lakukan riset untuk tahu kandungan mineral serta manfaat dari air panas untuk kesehatan badan manusia. 

Kordinator Pusat Kajian Peradapan UB Malang, Jazim Hamidi menyebutkan, air panas dibawah candi Songgoriti mempunyai daya tarik sendiri. 

Hingga anggota tim Pusat Kajian Peradaban, terasa ditantang untuk memecahkan misteri yang datang dari sumber daya alam itu. 

“Di bawah Candi Songgoriti ada tiga bak air. Bak kesatu diisi air yang mendidih. Bak ke-2 diisi air dingin serta bak ketiga warna airnya hijau rasa-rasanya seperti air kelapa, ” tutur Jazim, 

Kata Jazim, peneliti UB tertarik untuk menguak misteri itu lantaran jarak pada kotak satu dengan kotak yang lain begitu dekat serta cuma disekat dengan batu bata namun airnya tak pernah bercampur. 

“Sejak dahulu orang-orang menggenal air panas Songgoriti dipercaya bermanfaat mengobati beragam type penyakit. Kita menginginkan menunjukkan dengan cara alamiah. Kelak hasil penelitiannya bukanlah untuk memanandingi pendapat orang-orang yang telah mengakar, ” tutur dia. 

Diterangkan anggota tim Pusat Riset Peradaban UB beranggotakan ahli pengetahuan kebudayaan, kesehatan, kimia, pengairan serta geologi dan hukum. 

“Kalau dari segi pengetahuan hukum kita menginginkan membahas. Apakah kehadiran website Candi Songgoriti ini telah di perhatikan pemerintah atau belum. Harusnya cagar budaya sejenis ini lebih di perhatikan lagi untuk memperkaya kebudayaan nasional serta. Dapat menarik wisatawan dan sebagai pusat edukasi, ” terang Jasim. 

Disamping itu, Prasetyo, staf laboratorium air tanah UB Malang yang mengambil sampel air panas memberikan, yang menginginkan dikerjakan kurun waktu enam bln. ini yaitu mempelajari kandungan mineralnya. 

Hasil pengujian di laboratorium bakal dicrosscheck dengan hasil riset yang mengepalai bidang pengetahuan geologi. Kata Prasetyo, riset geologi bakal menjawab asal usul air panas yang nampak dibawah candi itu. 

Apakah datang dari panas bumi, atau kiriman dari gunung berapi. Atau dari segi lainnnya. Lantaran mulai sejak dahulu air panas di candi Songgoriti itu di kenal sebagai tempat merendam keris karya Empu Gandring pada jaman kerajaan Singosari. 

“Hari ini kita cuma mengambil sampel airnya dahulu. Ke depan bakal kita ambillah sedimen air panas serta tanah serta batuannya. Kita menginginkan tahu mengapa dalam tiga baik dibawah candi itu airnya tak dapat menyatu, ” tutur dia.  

Hal seirama di sampaikan Dani Harianto, anggota tim peneliti yang mengepalai bidang budaya. Dia memberikan, kehadiran Candi Songgoriti berbarengan air panasnya dikira unik serta menarik untuk di teliti. 

Lantaran dalam beragam kitab kuno serta sebagian prasasti sebelumnya era ke VIII, menyinggung permasalahan Candi Songgoriti itu. Umpamanya dalam prasasti Mula Manurung, dalam kitab Pararaton termasuk juga dalam Kitab Negara Kerta Gama dan Kitab Arjuna Wiwaha. 

“Kami menginginkan menarik benang merah dari semuanya kitab itu. Lantaran dalam semuanya kitab kuno senantiasa nampak tulisan mengenai candi Songgoriti. Dari kita itu bakal di ketahui manfaat airnya. Lantas bakal kita banding dengan riset ilmiahnya, ” pungkas Dani.

Cerita Misteri Dirawat Oleh Hantu Dirumah Sakit Kisah Nyata

Dirawat Oleh Hantu Dirumah Sakit

                                        Gambar Cerita Nyata Dirawat Hantu Rumah Sakit

Dirawat Oleh Hantu Dirumah Sakit

Dering jam beker yang terdapat diatas meja kamar tidurku berdering. Sinyal peringatan kalau suamiku mesti minum obat yang sudah diresepkan dokter kepadanya. Saya senantiasa teratur menjaga suamiku yang berbaring terserang penyakit asma. “Pak, bangun dahulu Pak!, obatnya waktunya diminum” pintaku pada suamiku. Saya jadi kaget, nyatanya suamiku tak sadarkan diri. Jam dua malam itu saya selekasnya bangunkan ke-2 anakku. “Mas Anto, Dik Ani…. bangun dahulu nak, ayah butuh bantuanmu! ”. Ke-2 ankku selalu bangun 
“Ada apa Ma? ” bertanya keduanya 
“Telponkan petugas ambulance Tempat tinggal Sakit Daerah Ponorogo ya!, ayah perlu pertolongan segera” 
“Iya Ma” jawab anakku singkat 
Aneh!, cuma berselang lebih kurang lima menit mobil yang saya perlukan itu telah tiba di depan rumahku. Walau sebenarnya jarak pada Pulung desaku, dengan RSUD Dr. Hardjono ada lebih kurang dua puluh kilo lebih. Saya terdiam sedikit tercengang. Namun ingin bagaimana lagi, saya disambut dengan ramah oleh dua orang suster serta seseorang sopir yang masihlah muda. 
“Mari Bu, silakan dampingi Ayah di belakang. Infusnya telah saya gunakan. Ibu bakal ditemani dua orang suster di belakang” 
Dalam perjalanan menuju tempat tinggal sakit, merasa saya lihat yang lumrah lihat panorama di selama jalan Pulung Ponorogo. Dua orang suster yang temani saya tercium minyak wangi yang harum sekali. Berwajah cantik jelita. Rambutnya semampai panjang. “Wah, kalau dia masihlah bujang akan saya jodohkan dengan Anto anakku.. ” batinku, namun saya tidak berani mengungkap kalimat kepadanya. 
Tak sebagian lama saya telah tiba di ruangan UGD. Di sana saya selekasnya mengurusi administrasi di loket rawat inap. Dua orang suster serta sopirnya mengantar saya di satu ruang yang masihlah asing bagiku. Kurang lebih dari UGD ke arah bagiun timur. Saya melalui lorong-lorong yang ramai. Saya lihat banyak pasien-pasien yang ditunggui oleh kerabatnya. Suamiku selekasnya masuk di ruangan yang saya saksikan bangunan lama atau bangunan kuno. Kelihatannya bangunan tempat tinggal sakit peninggalan Belanda. Saya lihat kok terdapat banyak dokter wajahnya bule disana. Selalu terdapat banyak pasukan tentara Belanda yang keluar masuk bangsal. Saya terdiam. Saya cubit kakiku… bebrapa janganlah saya bukanlah manusia lagi. Saya terdiam seribu bhs. 
“Bu, silahkan masuk, suami ibu telah ada di kamar Anggrek, serta tas ibu telah kami taruh di lemari” 
“ooh…oh…iya suster” saya terperanjat serta terheran-heran…. ”Padahal tas saya tadi saya cangking, lho kok telah mereka bawa ya? ” 
Dalam situasi keheranan yang begitu mengagumkan, saya selekasnya masuk kamar, tempat suamiku dirawat. Saya rasakan kamar yang dihuni suamiku tampak luas serta bersih. perawat-perawatnya silih bertukar berdatangan memberi perawatan. “Ibu dari Pulung ya? ” bertanya dokter bule pada saya. “Ya Dok…” “Suami ibu tak apa-apa kok. Serta kelak butuh dirawat tiga hari saja kok. Karenanya saya minta ibu serta keluarga tak perlu keluar dari ruang ini. Ibu bakal dilayani oleh suster semua. Makanan serta minuman telah tinggal ambillah, cukup untuk hidup tiga hari…” 
Sepanjang tiga hari, kami dimanjakan dengan service yang begitu istimewa. Suamiku terlihat makin sehat. Demikian pula anak-anakku mereka terlihat enjoy tanpa ada tampak beban dari raut berwajah. “Bu, telah waktunya ibu dapat pulang. Ini surat referensi dari dokter, silahkan diurus di ruangan administrasi” pinta suster jelita yang sampai kini menjaga suamiku, serta melayani semuanya kebutuhanku dirumah sakit Dr. Hardjono 
“Anto, pergilah ke kantor administrasi di depan sana ya?, habis berapakah cost perawatannya” 
“Iya Ma” 
Sesampai di depan anakku tekaget-kaget. Semuanya loket untuk pembayaran administrasi terlihat kosong semua. Demikian pula, nyatanya tempat tinggal sakit itu telah tak ada penghuninya sedikitpun. Disana ada tulisan ‘ Tempat tinggal Sakit Dr. Hardjono telah geser mulai sejak September 2012 di Paju Ponorogo, semuanya service Kesehatan dipindahkan disana! ’ 
Bulu kudukku merinding. Saya serta keluargaku tercengang. Kamar yang semula luas serta indah, komplit dengan sarana yang mengagumkan, saat ini tampak riil lengang, kumuh, penuh sarang laba-laba, tak tertangani, serta tanpa ada perawat. 
“Lho ibu dari tempat mana ini? ” bertanya satpam tiba-tiba 
“A…aa.. anu Pak, saya rawat inap di Ruangan Anggrek! ” 
Satpam juga tercengang 1/2 mati. Bulu kuduknya merinding, mulutnya seolah terkunci rapat susah mengatakan kata-kata… Saya serta keluarga bergegas, malu. Namun saya bersukur lantaran suamiku tampak sehat wal afiat. “Ma!, selalu siapa ya yang menjaga kita tadi? ”. “Ah tidak tahu Pa… sudahlah, kita pulang dulu” kataku sembari meninggalkan RSUD Dr Hardjono yang lama.

Cerita Sedih Karma Yang Senang Gonta Ganti Pacar

Karma Yang Senang Gonta Ganti Pacar

                                                      Gambar Cerita Sedih Karma

Karma Yang Senang Gonta Ganti Pacar

Tidak banyak beralih dari desa kecil tempatku dilahirkan. Nyaris semua masihlah sama dengan saat paling akhir kali saya ada di sini, sepuluh th. lantas. Kuhirup hawa segar pedesaan sangatlah kurindukan. Hamparan sawah dan bukit menghijau memanjakan mataku yang muak dengan tinggi juga padatnya gedung pencakar langit Jakarta. 

Mobil dikemudikan supir pribadiku melaju perlahan-lahan lantaran memanglah jalan kami lewati begitu kecil lagipula keadaannya telah rusak parah. Kusandarkan daguku pada jendela mobil berniat kubuka lebar. Kurasakan hembusan angin membelai wajahku, meniup rambut tergeraiku. Kupejamkan ke-2 mataku, membiarkan fikiranku melayang ke saat lantas, saat di mana diriku masihlah berbarengan seorang di sini, seorang yang membuatku kembali pada desa kecil ini. 

Namanya Ardi, rekan dekatku mulai sejak kecil. Kami seumuran, kebetulan juga tinggal bersebelahan. Kami senantiasa pergi ataupun pulang sekolah berbarengan. Lantaran kami sekelas, kamipun kerap belajar dan bikin PR berbarengan. Kami demikian dekat, karena sangat dekatnya hingga tidak ada mengerti persahabatan beralih jadi lebih indah. 

Tak tahu kapan perasaan mulai berkembang. Mungkin saja waktu kami mulai masuk saat remaja, atau mungkin saja jauh terlebih dulu, entahlah. Tuturnya diriku mulai memerhatikan penampilanku tiap-tiap berjumpa dengannya, terasa gugup jika matanya memandang mataku, rasakan berdebar tiap-tiap kulit kami bersentuhan dengan cara tidak berniat, nikmati getaran aneh kurasakan tiap-tiap ada di sebelahnya. Kuhabiskan siangku bersamanya bahkan juga malamku mengimpikannya. 

Tidak ada kalimat terucap, tetapi kami telah makin dekat. Dia mulai berani memegang tanganku juga mencium keningku, akupun sekian kali memberi kecupan mesra di pipinya. Rekan-rekan mulai menggoda, menyampaikan bila kami berpacaran, namun tidak mengiayakan, tetapi juga tidak menyangkal. Bahagia rasa-rasanya dengan semuanya kami lakoni, status tidaklah utama. 

Kedekatan selalu berlanjut hingga mencapai bangku SMA kelas satu. Waktu itu, jalinan kami telah lebih serius. Kami telah umum memanggil sayang waktu tidak ada orang lain di sekitar. Bahkan juga pernah tidak berniat memanggilku sayang di hadapan sebagian rekan perempuanku. Mereka semuanya tertawa lantas menggodaku habis-habisan.

Hari-hari terlalui demikian indah hingga pada akhirnya satu saat satu musibah berlangsung. Orang tuaku bercerai lantaran bapakku ketahuan selingkuh. Ibuku segera ajukan tuntutan cerai lantas sesudah semua usai, ibuku mengajakku pergi ke Jakarta. Kutolak ajakannya, namun ibu tak memedulikan penolakanku. Ibu mengurusi kepindahanku dari sekolah tanpa ada sepengetahuanku, lalu dengan sangat terpaksa diriku pergi bersamanya. Semuanya berlangsung demikian cepat, tanpa ada dapat kulakukan suatu hal untuk hentikan semuanya kekacauan. 

Malam itu kucurahkan air mata dalam pelukan Ardi. Tidak menginginkan hatiku berpisah dengannya, tidak menginginkan jauh darinya. Kupeluk badannya begitu erat, kubenamkan wajahku pada dada bagiannya. 

Ardi membelai rambutku dengan lembut, “Naya, telah ya janganlah nangis lagi. Kita hanya pisahlah untuk sesaat kok”, bisiknya. 

Mendengar kata-katanya, tangisku jadi makin keras. 

“Aku sayang kamu”. 

Kudongakkan kepalaku, memandang mata beningnya. Dia mencium keningku. 

Diriku berbarengan ibu pergi ke Jakarta esok paginya sekitaran jam enam. Ardi tak mengantarku hingga stasiun lantaran memanglah tidak ada tahu bila diriku bakal pergi sepagi itu. Hatiku takut tidak ada mampu pergi bila memandangnya sekali lagi. 

Kukuatkan hati menaiki kereta berbarengan ibu. Kuhempaskan badanku pada tempat duduk selain jendela. Kereta mulai bergerak perlahan-lahan. Di antara deru mesin, sayu-sayup kudengar seorang memanggilku. Kepalaku menengok keluar jendela lantas kulihat Ardi lari disampingku, “Naya… Saya bakal menunggumu…. ” 

Air mata meleleh dari ke-2 mataku, tetapi bibirku menyunggingkan satu senyuman. Kulambaikan tangan kananku ke arahnya sampai sebagian waktu lalu badannya menghilang dari pandangan. 

Kuusap tetesan air bening membasahi pipiku, “Ardi.. ” bisikku lirih. 

Bulan-bulan pertama adalah sata-saat terberat dalam hidupku. Ibuku mengontrak satu tempat tinggal kecil pada perumahan tepi kota. Walau ada dipinggiran, perumahan itu begitu ramai. Diriku berteman dengan sebagian tetangga baru, tetapi tak tahu mengapa hatiku tak terasa nyaman pada mereka. Mereka begitu tidak sama denganku, langkah kenakan pakaian, langkah bicara, semua begitu tidak sama. Tidak cuma di rumah, akupun terasa kesusahan menyesuaikan pada rekan-rekan disekolah baruku. Sekolahku memanglah bukan sekolah elit, tetapi tampilan siswa-siswa di sana begitu jauh apabila dibanding dengan tampilan siswa sekolahku dahulu.

Hanya satu hal membuatku suka yaitu kehadiran pak pos membawa surat dari kekasihku nun jauh di sana. Ardi memanglah telah berjanji bakal kirim surat tiap-tiap minggu. Surat-surat dikirimkannya begitu panjang, bahkan juga hingga lima halaman. Diceritakannya tiap-tiap detail berlangsung dalam kehidupannya ; makanan apa dikonsumsi untuk sarapan, pakaian dipakai waktu menulis surat, jam berapakah bangun pada hari Minggu, bahkan juga berapakah kali mengimpikanku sepanjang satu minggu. Terkecuali bercerita mengenai dianya, dianya juga bercerita mengenai rekan-rekan kami, sekolah, guru-guru, dan ada banyak yang lain. Kadang-kadang diselipkan fotonya, segera kucium, kudekap, kubelai, lantas kupajang di atas meja samping tempat tidur. 

Tidak cuma Ardi, dirikupun rajin membalas suratnya. Kuceritakan semuanya kesedihanku lantaran belum dapat beradaptasi pada lingkungan baru, kukatakan juga begitu hatiku begitu merindukan dianya. Walau cinta terpisah jarak, cinta dihati kami masihlah sama besarnya, bahkan juga kerinduan dalam hati, bikin rasa cinta makin dalam. 

Sesudah nyaris 1/2 th. geser ke Jakarta, kusadari suatu hal berlangsung pada ibuku. Ibu bekerja sebagai seseorang wartawan pada suatu penerbit majalah tidak demikian populer. Umumnya ibu tidak ada perduli bakal penampilannya, bahkan juga tidak miliki kepentingan make-up mencukupi untuk mendukung penampilannya sebagai pemburu warta. Tiap-tiap pagi, ibu berdandan ala kandungannya, cuma bedak tidak tebal ditambah lipstick cokelat muda favoritnya, rambutnya dikuncir kuda. Tetapi pagi itu, dia duduk sedikit lebih lama di depan meja rias. 

Kulangkahkan kakiku perlahan-lahan ke arahnya, lantas kusentuh pundaknya dari belakang, “Bu.. ” ucapku pelan. 

Ibuku memandang bayangan dicermin, “Iya, Sayang. ” jawabnya sembari tersenyum.  

“Kelihatan beda banget, ada apa? ”. 

Ibu membalikkan tubuhnya, berwajah tampak begitu cerah, jauh tidak sama dari umumnya. Kulihat matanya, ke-2 matanya menunjukkan kebahagiaan, “Ngga ada apa-apa kok, Nay. Anda gak siap-siap ke sekolah? ”. 

Sesungguhnya hatiku begitu penasaran dengan apa berlangsung kepadanya, tetapi kuputuskan tidak untuk memaksanya menceritakan. Memandangnya tersenyum demikian saja sangatlah membuatku suka, “Naya libur, Bu. Anak-anak kelas 3 pemantapan UN. ”

“Wah kebetulan sekali, kamu bersih-bersih rumah, ya.” Ibu berdiri lalu mengeluarkan beberapa lembar uang dari sakunya, “Beli bahan makanan terus masak ya, ibu pulang agak malam”.

“Okay, Bu.” kataku sambil mengambil uang itu.

Ibu melihat ke arah cermin sekali lagi, membenarkan kerah kemejanya, lalu mengecup keningku, “Jaga rumah ya, Sayang. Ibu berangkat.”

Tak perlu waktu lama bagiku untuk mengetahui apa telah terjadi padanya. Sekitar tiga minggu kemudian, ibuku pulang ke rumah bersama dua orang; seorang pria yang sepertinya sedikit lebih tua darinya serta seorang gadis remaja kurasa seumuran denganku. Ibu terlihat sedikit gugup saat mau berbicara padaku, namun tanpa mengucapkan sepatah katapun hatiku sudah bisa menebak apa sedang terjadi. Ternyata pria inilah penyebab ibuku berubah drastis.

“Naya..”

Kusunggingkan senyum termanisku, “Naya ngerti kok, Bu.” Kutoleh kearah dua tamu kami lalu mempersilahkan mereka duduk. Awalnya terasa seidkit kaku, namun lama kelamaan mulai akrab. Pria tersebut bernama Om Ahmad, seorang pengusaha tekstil di Jakarta Timur, sedangkan putrinya bernama Karina, seperti dugaanku, dia juga berumur 16 tahun.

Setelah mengobrol sekitar dua jam, mereka berduapun pamit pulang, kami mengantar sampai didepan gerbang. Mataku sedikit melongo melihat mobil mereka, karena setahuku mobil tersbeut adalah mobil keluaran terbaru dengan harga sangat fantastis, “Sampai ketemu lagi, Naya.” kata Karina sambil melambaikan tangan.

“Sampai ketemu lagi.” balasku sambil ikut melambaikan tangan.

Begitu mobil mereka menghilang ditikungan jalan, ibu menatapku lalu bertanya, “Bagaimana ?”

Sengaja kupasang wajah murung untuk menggodanya, “Naya bahagia kalau ibu bahagia.” kata-kata datar mengalir dari bibirku.

Ibuku terlihat sedikit terkejut, “Kamu tidak suka mereka.” Kupalingkan wajahku untuk menghindar dari tatapan ibu.

“Naya ?”

Aku tertawa kecil melihat kepanikan pada wajahnya, “Naya cuma bercanda Bu, Naya suka banget sama mereka. Kapan mereka main lagi ?”.

Ibu menarik napas lega, “Kamu ini ya… Bikin ibu khawatir aja. Lain kali, kita akan ke rumah mereka”.

Seperti kata ibu, minggu berikutnya, Om Ahmad berserta Karina datang menjemput kami untuk diajak ke rumah mereka. Sungguh tak bisa kusembunyikan rasa takjubku saat sampai didepan rumah – bukan, lebih tepat kukatakan istana – mereka. Bangunan berlantai dua sangat megah. Ada dua pilar besar berwarna putih menopang balkon lantai atas. Halamannya pun cukup luas serta tertata dengan rapi. Sebuah kolam ikan dengan air mancur ditengahnya terletak pada bagian kiri rumah.

“Masuk yuk.” Karina menggandeng tanganku lalu menuntunku masuk. Kami duduk bercengkrama dalam ruang tamu layaknya sebuah keluarga. Beberapa saat kemudian Karina mengajakku ke kamar mirip seperti kamar putri raja. Kelambu berwarna pink mengelilingi tempat tidurnya, seprai juga bedcovernya semua bercorak pink. Selain itu, ada beberapa boneka besar diatas kasur springbednya.

Kami duduk diatas sofa dekat jendela sambil mengobrol. Karina bercerita kalau ibunya meninggal saat dirinya masih bayi. Sejak itu dirinya hanya tinggal bersama om Ahmad serta beberapa orang pembantu. Dari dulu dia ingin punya saudara, tapi ayahnya sepertinya tidak berniat untuk menikah lagi. Begitu tahu tentang hubungan ayahnya dengan ibuku, dia merasa sangat senang. Apalagi saat mengetahui kalau ibuku punya putri seusianya. Selain bercerita tentangnya, Karina juga menanyakan beberapa pertanyan tentangku, “Kamu sudah punya pacar belum, Nay ?” Kurasakan pipiku bersemu merah karena malu lalu kuanggukkan kepalaku. Dia memaksaku untuk memberitahunya lebih jauh. Akupun bercerita tentang Ardi, ada kerinduan menggebu dalam dadaku, setiap kata tentang cinta pertama membuatku semakin merindukannya.

Waktu berlalu, intensitas kedatangan pak Pos mulai berkurang, karena Ardi mulai sibuk membantu ayahnya dibengkel. Akupun mulai sibuk menyiapkan acara pernikahan ibuku dengan om Ahmad. Meskipun sudah jarang berkirim surat, kami berdua masih memiliki ikatan kuat. Jantungku masih berdebar tiap kali membaca surat darinya.

Beberapa bulan sejak kedatangan om Ahmad ke rumah kami untuk pertama kalinya,  ibuku akhirnya menikahinya kemudian kamipun pindah ke rumah megahnya. Tidak seperti sinetron atau dongeng, keluarga tiriku sangat baik. Om Ahmad menganggapku sebagai anak kandungnya, begitu pula Karina menyayangiku layaknya saudara sendiri. Diriku pindah ke sekolah Karina berada pada kelas yang sama. Inilah awal mula keretakan hubunganku dengan Ardi.

Kuterima sebuah surat darinya suatu hari, tak ada spesial dalamsuratnya. Akupun membalasnya seperti biasa. Kuceritakan tentang kepindahanku ke sekolah baru serta bagaimana Karina melakukan make over padaku, bukan hanya pada penampilanku, tapi juga pada sifatku. Sedikit demi sedikit, lidahku sudah mulai bisa menggunakan bahasa lo-gue. Mulai bisa bergaul dengan teman-teman disana, baik pria maupun wanita.

Sebelumnya malam dan hari minggu kuhabiskan dengan berdiam diri dirumah, namun kini aku bersama Karina selalu punya acara bersama teman-teman lain. Terkadang pergi nonton film dibioskop, atau belanja dimall, pergi renang, bahkan juga pernah menyewa sebuah villa dipuncak. Villa tersebut milik kerabat salah seorang temanku, jadi kami mendapatkan harga sangat murah. Di villa itulah seseorang masuk dalam hidupku kemudian menjadi orang ketiga dalam hubunganku dengan Ardi.

Aku tak pernah menduga akan sanggup mendua. Awalnya diriku berusaha menghindarinya, berusaha menjaga hatiku hanya untuk Ardi seorang. Namun lama-kelamaan, tak bisa menghindar lagi, mulai kuterima kenyataan kalau hatiku memiliki perasaan lebih dari sekedar teman kepada Hendri, nama pria itu. Apalagi Karina sangat mendukung kedekatan kami.

Hendri adalah seorang anak kuliahan. Berpacaran dengannya sedikit menaikkan popularitasku, maklum, tak banyak anak SMA punya pacar seorang mahasiswa. Semakin lama, diriku semakin tak mepedulikan surat datang dari Ardi. Yeah, aku masih membaca surat-surat tersebut, masih membalasnya, namun balasan suratku sangat singkat dan dingin.

Tiga bulan berlalu, hubunganku dan Hendri kandas di tengah jalan karena hatinya mendua. Hatiku terasa sangat sakit. Akupun kembali mencurahkan perhatianku pada Ardi. Kutulis surat-surat panjang untuknya, kukirimkan foto-foto terbaruku padanya; “Kamu kelihatan tambah cantik sekarang, Nay.” katanya dalam salah satu suratnya. Kami kembali merasakan kehangatan cinta seperti dulu. Namun kehangatan hubunganku bersama Ardi tak berlangsung lama karena bulan berikutnya kembali kutemukan cinta lain. Seperti sebelumnya, hubunganku itupun tak berlangsung lama.

Berganti-ganti kekasih namun tetap mempertahankan Ardi kulakoni selama beberapa tahun. Sampai suatu hari aku merasa menemukan cinta sejati, cinta berbeda dari lainnya. Saat itu aku sudah bekerja diperusahaan ayah tiriku. Ya, om Ahmad mempekerjakanku pada perusahaannya begitu tamatS1 dari sebuah perguruan tinggi swasta. Nama pria tersebut adalah Andika, teman sekantorku. Dalam dirinya, kutemukan sesuatu yang tak pernah ada pada mantan-mantanku, dan saat itu pula kuputuskan untuk mengakhiri hubunganku dengan Ardi. Kukatakan padanya bahwa kisah kami sudah tidak bisa diteruskan. Terus terang saja sangat berat bagiku untuk mengatakan hal itu, namun tak mungkin juga selamanya kumendua darinya.

Ardi tidak menerima keputusanku begitu saja, dia nekat mendatangiku ke Jakarta. Ada sedikit rasa senang karena hatiku memang merindukannya, namun mengingat kini diriku sudah menjadi milik orang lain, kuputuskan untuk menghindarinya. Sengaja kuminta om Ahmad untuk menugaskanku ke luar kota selama beberapa hari agar tak bertemu dengannya. Kuakui, hal tersebut adalah salah satu hal terjahat pernah kulakukan seumur hidupku, tapi mau bagaimana lagi ?.

Walaupun sudah terang-terangan kujauhi, Ardi masih terus mengirimkanku surat sebulan sekali. Surat-suratnya tetap kubaca, namun tak pernah kubalas. Kata-katanya menyayat hatiku, membuatku merasakan sakit yang mungkin hampir sama besarnya dengan dirasakannya.

“Aku masih mencintaimu, Naya. Aku masih menunggumu.” Kulipat kembali surat yang dikirim oleh Ardi lalu kutaruh dalam sebuah kotak besar yang sudah hampir penuh dengan suratnya. Kutatap deretan foto di atas meja kamarku, sudah tak ada lagi foto pria desa itu, yang ada hanya fotoku bersama Andika.

Hubunganku dan Andika mulai menginjak ke arah yang lebih serius. Sudah beberapa kali kuajak dia main ke rumah. Om Ahmad dan ibu tampaknya menyukainya, “Apa kalian sudah berencana akan menikah ?” tanya ibu saat Andika bertandang ke rumah kami.

“Gimana ?” desak om Ahmad karena kami berdua diam membisu.

Kupandang kekasihku, raut wajahnya terlihat berubah. “Kenapa ?” tanyaku melalui isyarat mata.

“Kami masih ingin fokus pada karir, Om, Tante.” jawabnya.

Orang tuaku tampak kecewa mendengar jawaban Andika, begitu pula diriku.

Keesokan harinya saat makan siang, aku menanyakan hal itu padanya, “Kamu serius kan tentang kita ?” tanyaku.

Sendok dan garpu ditangannya berhenti bergerak.

“Sayang ?”

“I don’t wanna talk about it.”

“Kenapa ?”

Andika menghentikan aktivitas makannya, dia menatap mataku, “I love you.” ucapnya lirih.

“Terus kenapa ?”

“Aku belum siap.”

“Belum siap ? Apa lagi sih yang kamu tunggu ? Umur kita sudah cukup untuk menikah. Masalah finansial ? Karir kita sudah cukup bagus.”

Andika menghela napas dalam, “Ada sesuatu yang kamu tidak tahu tentangku.”

“Apa ?”

Pria itu menggeleng.

“Please.”

Andika tampak sedikit ragu namun akhirnya dia berkata, “Sebenarnya, orang tuaku sudah menjodohkanku dengan seorang gadis pilihan mereka. Naya, maaf tidak memberitahukan ini sebelumnya, diriku sudah bertunangan”.

Tak dapat kulukiskan dengan kata-kata apa yang kurasakan saat itu. Mulutku sedikit terbuka, namun tak sepatah katapun yang terucap.

“Maaf.”

Pita suraku masih belum bisa berfungsi.

“Please say something.” Andika menggenggam tanganku. “Naya, please… I really love you.”

“Terus dia ?”

Andika menunduk dan terdiam.

“I need time.” Aku berdiri dan berjalan cepat ke ruanganku. Kuambil tas tanganku, “Shin, bilang sama Pak Reza, aku ijin pulang duluan ya.” kataku pada Shintia, teman satu ruangan denganku.

“Mba Naya kenapa ?”

“Ngga apa-apa kok.”

Kukendarai mobilku dengan perasaan tak menentu. Pikiranku kacau. Tak pernah terbayangkan hal begini akan terjadi. Bagaimana bisa Andika melakukannya padaku ? Seketika bayangan Ardi muncul dalam benakku, apakah ini karma atas perbuatanku padanya ?.

Andika berusaha menghubungiku berkali-kali, namun tak satupun teleponnya kuangkat atau SMSnya kubalas. Hatiku sudah terlanjur sakit. Orang tuaku nampaknya menyadari ada sesuatu pada diriku. Mau tak mau kuceritakan semuanya pada mereka. Om Ahmad terlihat sangat marah lalu tanpa sepengetahuanku, dipecatnya Andika. Tiada pernah lagi kulihat sosoknya, terakhir kudengar dari seorang teman kalau dirinya sudah kembali ke kampung halaman.

Ada luka menganga dalam hatiku, kurasa akan perlu waktu sangat lama untuk mengobatinya. Kuambil cuti selama satu bulan dari kantor. Alih-alih pergi berlibur, kuhabiskan cutiku dengan mengurung diri dalam kamar. Kubuka kemudian kubaca semua surat yang Ardi kirimkan untukku, dari surat yang datang pada minggu pertamaku ke Jakarta hingga surat terakhir dikirimkan dua bulan lalu. Kini saat hatiku patah lagi, aku kembali memikirkannya. Apakah dirinya masih mau menerimaku ?.

Antara sadar dan tidak kutulis sepucuk surat untuk Ardi.

“Terkadang kita perlu kehilangan seseorang sebelum menyadari betapa berharganya seseorang itu dalam hidup kita. Terkadang sebuah hubungan diuji dengan berbagai macam cobaan, hanya untuk membuatnya lebih kuat. Kuakui salah telah menyia-nyiakanmu selama ini. Aku telah menyakitimu berkali-kali, namun kamu selalu ada untukku. Dan kini, kusadar tak ada yang lebih berharga di dunia ini dibandingkan cintamu. Ardi, maukah kau menerimaku kembali ?”.

Kubaca suratku berkali-kali sebelum akhirnya melipatnya lalu memasukkannya ke dalam sebuah amplop putih. Kuberjalan keluar rumah, begitu sampai di halaman depan, kulihat pak pos yang biasa mengantar surat ke tempatku. Sebuah senyum secara refleks muncul pada wajahku. Tak pernah sebelumnya hatiku sebahagia itu menerima surat darinya.

“Terima kasih Pak.” kataku sambil menerima sebuah amplop dari pak pos. Dengan tak sabar kurobek amplop itu, dunia terasa runtuh saat kutahu apa yang ada di dalam amplop itu.  Isi amplop itulah yang membuatku berada di sini sekarang, di desa kelahiranku, di mana cinta pertamaku berada.

“Kita sudah sampai Non.” suara supirku membuyarkan lamunanku.

Aku mengeluarkan cermin dan merapikan riasanku yang sedikit pudar karena air mataku. Pintu mobil terbuka dan aku turun dengan perasaan hampa. Kakiku terasa sangat lunglai, namun kupaksakan untuk melangkah menuju sebuah rumah yang terlihat sedikit lebih besar dibanding terakhir kali kulihat.

Rumah bercat putih itu nampak sangat ramai, beberapa orang menoleh ke arahku, mungkin mereka bertanya-tanya siapakah diriku.  Kupaksakan bibirku tersenyum ke arah mereka. Kuteruskan langkahku menerobos keramaian, dan mataku menangkap sosoknya. Semakin dekat diriku dengan sosok itu, semakin kencang jantungku berdetak. Saat jaraknya hanya setengah meter dariku, kuhentikan langkahku. Mataku menatap ke arahnya, matanyapun begitu. Berbagai macam perasaan berkecamuk di dalam dadaku, membuatku sesak, membuatku sulit bernapas.

Kubiarkan air mata berjatuhan di pipiku, persetan bila make up-ku berantakan persetan dengan semua orang yang ada di sana. Pandanganku hanya tertuju padanya, begitu pula pikiranku. Hanya ada dia, Ardi.

Dirinyapun tak jauh berbeda denganku, dia mematung

Waktu seakan berhenti saat pandangan kami bertemu. Ada sejuta kata ingin kukatakan padanya, namun kini saat ia berdiri tepat di depanku, rasanya tak ada satu katapun berguna. Kuangkat tangan kananku perlahan kemudian kuulurkan ke arahnya, tangannya menyambut tanganku. Ada perasaan seperti tersengat listrik saat kulit kami bersentuhan. Ingin kukatakan selamat kepadanya, namun bibirku tak mampu mengucapkan sepatah kata. Aku semakin terisak lalu kurasakan kakiku tak mampu lagi menopang berat badanku, tubuhkupun ambruk ke dalam dekapannya, ke dalam dekapan cinta pertamaku yang telah mengucap janji suci dengan wanita lain 

Cerita Misteri Terasa Sepasang Mata Selalu Mengawasi Aku

Sepasang Mata Selalu Mengawasi Aku

                                                  Gambar Sepasang Mata Yang Seram

Sepasang Mata Selalu Mengawasi Aku

Sempatkah kalian terasa dipantau walau sebenarnya kalian tengah sendiri? Sempatkah kalian terasa mendadak merinding lantas bulu kuduk kalian berdiri? Sempatkah kalian terasa ada sepasang mata senantiasa mengintai kalian dimanapun kalian pergi? 

Kehidupan sebagai mahasiswa memanglah penuh dengan aktivitas. Terlebih bila kita turut beragam jenis organisasi kemahasiswaan seperti HMJ atau UKM. Saya yaitu seseorang mahasiswa semester 1 yang berhimpun dengan UKM Mapala lantaran berpetualang dan berbaur dengan alam memanglah adalah hobyku. UKM Mapala kampusku mempunyai demikian banyak aktivitas terkadang berjalan hingga malam atau bahkan juga awal hari. 

Saat itu Hari Jumat, tak tahu Jumat Kliwon atau tidak, tak tahu tanggal 13 atau tidak, otakku tidak demikian ingat. Cuma saja waktu UKM Mapala tengah mengadakan rapat Diklat untuk anak-anak SMA serta SMK se Kabupaten Buleleng. Rapat di hadiri oleh dua puluh orang senior ditambah sembilan orang junior termasuk juga diriku. Meskipun begitu capek juga mengantuk, diriku tetaplah berupaya tunjukkan ketertarikan sepanjang ikuti rapat. Maklumlah, anak baru, mesti senantiasa tampak semangat. 

Sekian kali kutengok jam pada handphone-ku, telah jam sebelas. Gerbang kosku telah ditutup sejam lantas, sedang rapat kami belum tunjukkan sinyal tanda bakal selesai. Kakak-kakak senior terlihat masihlah asik berbincang-bincang mengenai semua jenis aktivitas bakal kami kerjakan waktu Diklat 

“Kenapa Yuk? Kok anda keliatan resah gitu? ”, bisik Widi, anak baru juga. 

“Kos ku telah lama tutup nih”, balasku turut berbisik. 

“Entar ku anter deh, ” cowok berkulit hitam manis itu tersenyum. 

Berniat tidak kubalas lagi ucapannya lantaran Widi memanglah populer playboy di sini, semuanya cewek junior pernah didekatinya. Bahkan juga pada saat kami Diklat dahulu, dianya senantiasa berupaya mencari peluang untuk dapat duduk atau tidur berdekatan dengan cewek-cewek 

Rapat masihlah berjalan. Kakak-kakak seperti tak tahu bila kami sangatlah mengantuk, menginginkan pulang. Atau mungkin saja sesungguhnya mereka ketahui, cuma saja mereka tidak perduli. 

“Okay, lantaran semua telah terang. Rapat kesempatan ini hingga di sini saja. Permasalahan biaya ongkos bakal dibicarakan pada rapat selanjutnya minggu depan di markas kita jam 8 malam on time, bisa ngaret seandainya ngaretnya tidak kian lebih 1/2 jam. ” Kak Wisnu, ketua panitia, tutup rapat dengan guyonan garing khasnya tiga puluh menit lalu. 

Kamipun bergegas ke tempat parkir untuk mengambil motor. Kebetulan motorku parkir agak jauh di ujung serta beberapa rekanku tak ada yang parkir di sana. Kulangkahkan kakiku perlahan-lahan sembari sesekali melihat ke seputar. Universitas yan tampak mengasyikkan pada siang hari nyatanya begitu menyeramkan saat malam hari. Bunyi gesekan dahan pohon-pohon besar tumbuh di sekitaran tempat parkir mengusik kesunyian malam, memberi kesan seram

Kuambil handphone untuk menolong penerangan sekalian lihat jam. Telah jam dua belas kurang lima belas menit. Nyaris tengah malam Ketakutan mulai merasukiku. Tak tahu mengapa hatiku terasa seakan ada sepasang mata tengah mengawasi gerak-gerikku. 

Mendadak angin berdesir sedikit lebih kencang. Aura dingin menyelimutiku, kurasakan suatu hal menyentuh bahuku. Tak, tentu cuma halusinasiku saja, namun suatu hal merasa makin berat. Bulu kudukku berdiri lantas badanku gemetar. Kuberanikan diri melihat ke belakang, “Widi??? ”. 

“Ku antar ya. ” Tuturnya dengan suara dingin, sedingin angin malam. 

“Enggak usah. ” jawabku singkat. 

“Ku antar saja, telah malam. ” Tak tahu mengapa Widi tampak agak tidak sama, hilang telah suara nada genitnya. 

Kamipun pada akhirnya pulang berbarengan. Saya duluan sesaat dia terakhir. Sebagian menit lalu, kuhentikan sepeda motorku di depan satu gedung putih tingkat dua, lantas akupun turun memanggil-manggil Pak Kasmin, penjaga kos. 

Widi turut turun, dia menggenggam tanganku. Saat itu juga mulutku berhenti memanggil, menepis tangannya, “Apaan sih, Wid? ”. 

Dia mencium pipiku Peristiwanya demikian cepat, mungkin saja cuma sepersekian detik. Mukaku memanas. Tanganku terangkat, siap menampar cowok kurang ajar itu, namun mendadak pintu gerbang terbuka, Pak Kasim tampak menguap, “Kok baru pulang, Mbak? ”. 

“Tadi ada rapat, Pak. Maaf ya ganggu tidur Ayah. ” Bergegas kunaiki motorku, namun ada yang aneh. Widi mendadak telah hilang. 

Saya belum pernah memberikannya pelajaran atas perbuatan tidak senonohnya, bahkan juga telingaku tak mendengar bunyi motornya. Huh.. basic cowok hantu. Datang lantas pergi demikian saja. 

Kumasukkan motorku ke garasi kos dengan bersungut-sungut. “Awas saja anda Widi, besok bakal kubuat kau menyesal ”. 

Akupun segera masuk kamar segera menghempaskan badanku di atas kasur. Handphone-ku bergetar, telephone dari Widi. Apa lagi sih maunya tu anak?. 

“Hallo, ” jawabku dengan ketus. 

“Kamu dimana, Yuk? ”. 

“Dimana? Di mana apanya? Ya di kos lah ” bentakku. 

“Loh? Kok telah pulang duluan? Saya masihlah nungguin anda nih depan tempat parkir, mana di sini sepi, banyak nyamuk lagi, tega…” 

“Apa?? ”, handphone-ku mencelos, lepas dari genggaman tanganku. Bila Widi masihlah ditempat parkir, selalu siapa tadi nganter saya?. 

Tanpa ada kusadari, sepasang mata itu masihlah saja mengawasiku

Cerita Misteri Teror Ketukan Pintu Tengah Malam

Cerita Misteri Ketukan Pintu Di Tengah Malam

                                           Gambar Misteri Ketukan Pintu Tengah Malam

Cerita Misteri Ketukan Pintu Di Tengah Malam

Cerita misteri pendek Ketukan tengah malam yaitu cerita singkat yang bercerita mengenai teror mahluk menyeramkam di satu desa. Cuma satu kalimat untuk narasi misteri singkat ini, hati-hatilah bila anda mendengar ketukan pintu di dalam malam. Bagaimana cerita komplit cerita misteri pendek ini? silakan simak pada narasi singkat tersebut. 

“Ini telah yang ke enam kalinya. ” Seseorang lelaki paruh baya berkata sembari berdecak serta menggelengkan kepalanya ; di sebelahnya tampak sebagian pria serta wanita sesusianya, ada pula segerombolan anak kecil yang merengek ; memaksa menginginkan turut lihat. 

“Sebaiknya kita bakar saja tempat tinggal ini sebelumnya korban jadi tambah banyak. ” Pria berperut agak buncit yang berdiri di samping kanannya berkata. Baca juga cerita misteri pendek, cerita misteri singkat Raisa. 

“Jangan ngawur anda   ” kesempatan ini seseorang wanita tua dengan rambut uban maju sebagian langkah serta menghadap pria buncit yang bicara tadi, “Jangankan membakar tempat tinggal ini, mengakibatkan kerusakan pagarnya saja dapat membuat kamu celaka   Tidakkah telah kuperingatkan, jangan sampai sekali-sekali mengusik keberadaanya   Saat ini kalian simak sendiri kan apa yang terjadi bila kalian tak dengarkan peringatanku? ” 

Semuanya yang ada disana berbisik-bisik, sedikit menyaingi bunyi serangga yang mengalunkan musik alam di sore hari, lantas mendadak dari dalam tempat tinggal itu, sayup-sayup.. makin lama makin terang suara wanita tertawa mengikik. Hihihihihi… semuanyapun lari tunggang langgang meninggalkan sesosok badan yang terbujur kaku dengan mata melotot serta mulut menganga yang dari tadi jadi bahan pembicaraan mereka. 

Pagi itu Asrini terlihat tidak sama dari umumnya, gadis yang hoby bangun siang itu tampak telah rapi waktu beberapa orang masihlah asik bersantai di ranjang hangat mereka. Dia memanglah berniat bangun lebih pagi lantaran dia bakal pergi ke tempat yang lumayan jauh. Sesudah meyakinkan tidak ada yang ketinggal, diapun bergegas ke dapur serta memasak mi goreng telur kesukaannya. Dia juga meminum satu gelas kopi susu hangat yang aromanya demikian memikat. Baca juga cerita misteri pendek, cerita misteri Santet lada hitam. 

“Kamu meyakini ingin kesana? Tempatnya jauh lo, As. ” Siska, rekan satu kosnya duduk di sebelahnya. 

“Mau bagaimana lagi. Telah tidak ada alternatif lain, Sis. ” 

“Kenapa tidak ngajuin proposal lagi? Tidak mesti buat skripsi mengenai system bunyi desa itu kan? ” gadis memiliki rambut sebahu itu terlihat sedikit gelisah pikirkan sahabatnya yang bakal lakukan riset di satu desa terpencil yang penduduknya populer tak ramah. Dia bahkan juga pernah mendengar di desa itu kerap berlangsung peristiwa aneh. 

“Gila saja bila mesti buat lagi, tau sendiri kan nyaris semuanya desa telah ada yang make. Saya tidak mau disebut plagiator. Lagian saya penasaran ma desa itu, semisterius apa sih beberapa hingga belum ada mahasiswa yang mempelajari disana. ” Asrini memanglah seseorang gadis pemberani, dia yaitu seseorang mahasiswa pencinta alam yang telah punya kebiasaan pergi naik turun gunung serta kemah di rimba lebat, jadi tinggal sebagian minggu di desa terpencil bukanlah suatu hal yang mengerikan baginya.  

“Kamu telah meyakini ingin kesana? ” Siska masihlah terlihat berat untuk melepas kepergian rekannya. 

Asrini mengangguk mantap, “Tenang saja Sis, saya dapat jagalah diri kok. Saya jadi cemas ma anda yang bakal neliti di SMK Harapan, murid-murid SMK itu kan jail banget. Saya takut anda bakalan dikerjain habis-habisan disana. Hehe. ” Dia tertawa, berupaya menyingkirkan kecemasan Siska. Sedang Siska cuma tersenyum. 

“Wah, telah jam 1/2 tujuh. Saya pergi saat ini ya. ” 

“As? ” 

“Iya? ” 

Siska merangkul badan tegap Asrini dengan hangat, tanpa ada merasa bulir-bulir air mata meleleh di pipinya, “Hati-hati ya disana.

Asrini agak salah tingkah diperlakukan seperti itu, dia memanglah bukan type cewek yang sukai bercengeng-cengeng ria, “Iya, saya tentu jagalah diri kok, anda juga ya? ” diapun melepas pelukan Siska lantas selekasnya menaiki sepeda motornya yang telah dipanaskan. Sebelumnya pergi dia pernah melambai ke arah Siska yang membalas lambaiannya dengan sebagian tetes air mata yang menggenang di pojok matanya. Siska, Siska, seperti saya ingin pergi buat selama-lamanya saja, gumamnya sembari mempercepat laju sepeda mo

Desa kecil itu terdapat di kaki satu gunung api yang telah tak aktif lagi, jauh dari kota tempat Asrini serta Siska menimba ilmu. Perjalanan kesana mengonsumsi saat sekitaran delapan jam, ditambah dengan istirahat di jalan sepanjang dua jam, jadi Asrini baru hingga disana jam lima sore. Seperti yang dia pernah dengar dari Siska, masyarakat desa itu sekalipun tak ramah, mereka jadi melototinya seakan dia yaitu makhluk dari planet lain, namun bukanlah Asrini namanya bila dia gentar cuma lantaran hal semacam itu.. 

Dia masuk satu tempat tinggal masyarakat yang tampak semakin besar dari beberapa tempat tinggal yang ada disana, “Permisi.. ” ucapnya. Dia terasa begitu letih serta tidak sabar untuk selekasnya beristirahat. 

Seseorang anak kecil dengan kulit dekil keluar dari tempat tinggal itu. Dia memandang Asrini keheranan tanpa ada berkata apa pun. 

“Permisi Dik, bapaknya ada? ” Asrini coba berlaku ramah pada anak itu meskipun sesungguhnya dia begitu tidak suka anak kecil. 

Anak itu masihlah membisu lantas lari kembali kedalam tempat tinggal. 

Asrini menggeleng keheranan serta mengambil keputusan untuk mencari tempat tinggal lain, namun nada seseorang wanita hentikan langkahnya, “Nyari siapa? ” kata wanita itu, suaranya begitu tak bersahabat. 

Si gadis pencinta alam memaksakan satu senyum di muka letihnya, “Perkenalakan Bu, nama saya Asrini, saya mahasiswa semester akhir Kampus Sanggalangit. ” Dia menjulurkan tangannya, namun wanita itu cuma memandang tanganya dengan tatapan dingin. Asrinipun menarik kembali tangannya, “Saya ingin mengadakan riset disini, apa saya bisa bermalam dirumah ibu? Saya pastinya akan membayarnya. ” 

“Tidak. ” Ibu itu berkata ketus, “Sebaiknya anda tinggalkan desa ini. ” 

“Kenapa? ” tanyanya. 

“Pergilah.. Tak ada yang menginginkan kehadiranmu disini   ” Ibu itu menyeret anaknya masuk ke tempat tinggal sembari bicara dalam bhs daerah. 

Asrini mengerutkan alis serta meneruskan perjalanan mencari tempat tinggal lain. Untungnya ada seseorang ayah yang ingin berbaik hati menunjukkannya jalan ke tempat tinggal kepala desa. Asrini memberi sebagian lembar duit sebagai sinyal terimakasih, namun ayah itu menampiknya. 

Tempat tinggal kepala desa itu dapat disebutkan begitu luas untuk ukuran tempat tinggal pedesaan. Temboknya berwarna putih pucat serta pintunya terbuat dari kayu jati yang tampak begitu kokoh. Asrini mengetuk pintu itu sekian kali sembari mengatakan salam. 

Sebagian waktu lalu pintu terbuka serta Asrini lihat seseorang pria berperut buncit berdiri dihadapannya, “Ada butuh apa, ya? ” tanyanya. Dia lihat ke arah Asrini dari ujung kaki ke ujung kepala. Itu yaitu pertama kalinya tempat tinggalnya kehadiran seseorang gadis muda yang begitu cantik. 

Asrinipun mengenalkan diri serta menyebutkan maksud kehadirannya. Pria tua yang nyatanya kepala desa itu mempersilahkannya duduk di kursi kayu yang ada di teras depan. Dia lantas memanggil istrinya memakai bhs daerah serta menyuruhnya membikinkan minuman. 

“Jadi, apa saya bisa bermalam disini, Pak? ” 

Pak kepala desa kurang demikian memperhatikan apa yang tamu mudanya itu bicarakan lantaran dia repot nikmati muka cantik bak bidadari yang tidak pernah dia saksikan sampai kini. 

“Kalo ada orang ngomong itu ya didengerin. ” Istrinya, seseorang wanita paruh baya yang agak gendut, datang membawa dua gelas kopi serta duduk di samping suaminya. 

Pak kepala desa terasa agak malu serta memohon Asrini untuk mengulangi pertanyaannya. 

“Apa saya bisa bermalam disini, Pak? Tak lama, paling cuma dua minggu serta saya pastinya akan memberi bayaran yang sesuai sama. ” Baca juga narasi misteri pendek, narasi cinta Walau itu membunuhku. 

Muka ibu kepala desa beralih merah, terlebih sesudah dia lihat suaminya tersenyum suka, “Tidak dapat. ” Ucapnya tegas, “Tidak ada yang bisa bermalam disini. ” 

“Jangan gitu dong Bu, kasian adik Asrini. Dia tentu capek sepanjang hari bawa motor kesini, terlebih ini telah nyaris jam 6. ” 

“Pokoknya ndak bisa   Titik   ” 

“Apa ibu ndak kasian sama dia? ”

Sepasang suami istri itu lantas berembug dalam bhs daerah yang kurang dipahami oleh Asrini. Sesudah sebagian waktu pak kepala desa melihat dengan kecewa ke arahnya serta berkata, “Maaf ya dik, kelihatannya adik ndak dapat bermalam disini. ” 

Asrini demikian kecewa mendengar itu, “Tolong lah Pak, saya lelah banget. ” dia tunjukkan muka memelasnya, “Saya dapat tidur dimana saja, di halaman belakang juga bisa, kebetulan saya bawa tenda. 

Pak kepala desa melihat dengan penuh berharap ke arah istrinya, “Gimana Bu? ” 

“Bener anda dapat tidur dimana saja? ” 

Asrini mengangguk cepat. 

“Sekitar satu km. ke samping utara ada satu tempat tinggal kosong yang telah lama ditinggalkan penghuninya. Anda dapat tidur disana bila anda ingin. ” 

“Ibu   ” muka pak kepala desa memucat, “Kamu sadar ndak sama apa yang anda bicarakan? ” 

“Memangnya mengapa Pak? ” Asrini ajukan pertanyaan penasaran. 

“Rumah itu telah lama kosong dan…” dia terlihat sangsi untuk meneruskan kalimatnya. 

“Nggak apa-apa Pak, yang utama saya bisa tempat bermalam. Dapat ibu perlihatkan jalannya? ” 

Ibu kepala desa memberi ptunjuk jalan pada Asrini. Gadis itupun mengendarai sepeda motornya ke arah tempat tinggal yang diperlihatkan tadi, jalanannya menanjak, sempit, serta sulit dilewati sepeda motor, namun dia tampak semangat. Senyum tersungging di berwajah lantaran pada akhirnya dia memperoleh tempat untuk beristirahat, dia tidak paham apa yang bakal menyambutnya disana. 

Asrini terlihat gelisah, berkali-kali dia berupaya tutup matanya, namun belum hingga dua detik tertutup, ke-2 mata itu kembali terbuka. Dia beberapa kali sudah berupaya mencari posisi tidur yang nyaman, namun tetap harus dia tak dapat tidur. Fikirannya terganggu kalimat seseorang nenek yang ditemuinya tadi petang, ”Tinggalkan tempat tinggal ini   Anda bakal menyesal bila anda masihlah disini   ” 

Apa maksud nenek itu? Ada apa sesungguhnya dengan tempat tinggal ini? Mengapa mendadak dia terasa begitu takut? Demikian beberapa pertanyaan menari di kepalanya, bikin dia terbangun hingga larut malam. Asrini mengambil handphone-nya ; masihlah belum ada tanda. Dia terasa butuh menceritakan dengan seorang untuk mengusir ketakutan terlalu berlebih di hatinya, namun hanya satu alat komunikasi yang dibawanya tak dapat berperan. Saat ini dia terasa sedikit menyesal tak dengarkan saran Siska. Semestinya dia tak pergi ke desa terpencil ini ; semestinya dia pilih tempat lain atau tema lain untuk skripsinya.  

“Ayolah Asri, anda ini anak mapala ; anak mapala itu tidak ada yang penakut   ” dia menyemangati dianya, “Sebaiknya saya dengarkan lagu saja agar tidak kesepian. ” Diapun menghidupkan laptopnya serta dengarkan sebagian lagu kesukaannya sembari memperhatikan tempat tinggal tempatnya bermalam. Tempat tinggal itu tak demikian besar, namun juga tak demikian kecil. Ada lima rungan disana ; satu runag tamu, dua buah kamar tidur, dapur, serta kamar mandi. Kondisinya lumayan berantakan waktu Asrini menginjakkan kakinya disini untuk pertama kalinya ; diapun membereskan tempat tinggal itu. Sedikit yang dapat dibereskan memanglah lantaran tempat tinggal itu dapat disebutkan kosong ; tak ada perlengkapan apa pun. Lumrah saja, tempat tinggal itu telah bertahun-tahun ditinggalkan penghuninya. 

Rupanya lagu-lagu yang diambil Asrini dapat menghidupkan rasa kantuknya, dia menguap sekian kali serta dalam waktu relatif cepat saja terlena dengan lagu yang masihlah mengalun syahdu dari laptopnya. Ntah telah berapakah lama dia tertidur waktu mendadak terdengar ketukan di pintu depan, awalannya ketukan itu begitu pelan, namun makin lama makin keras. Asrini terkesiap bangun dari tidurnya ; laptopnya dalam kondisi sleep lantaran baterainya telah nyaris habis. 

“Siapa yang datang malam-malam gini? ” tuturnya sebentar sesudah lihat arlojinya, telah jam 12 pas. Dengan malas Asrinipun keluar kamar serta buka pintu. Dia sedikit terperanjat lihat seseorang wanita muda dengan kondisi basah kuyup berdiri di depannya. Asrini sekalipun tidak paham bila diluar tengah hujan lebat. 

“Nyari siapa ya? ” bertanya Asrini sembari memperhatikan tamu tengah malamnya itu dari ujung kaki hingga ujung kepala, dia tampak begitu kedinginan ; sekujur badannya gemetaran. 

“Boleh saya bermalam disini? ” suara wanita itu terdengar begitu pelan, “Saya kedinginan. ” Imbuhnya.

Asrini memerhatikan wanita itu sekali lagi, astaga, dia hamil   

“Ya, silahkan.” Asrini menyuruh wanita itu masuk dan memberikan handuk untuk mengeringkan tubuhnya. Dia pikir lebih baik berdua dengan orang asing daripada sendirian, lagipula dia kasihan kepada wanita muda itu.

“Nama saya Lestari.” Katanya memperkenalkan diri, “Saya ingin ke kamar mandi.”

“Oh, silahkan.” Asrini baru saja mau menawarkan untuk mengantar saat Lestari berjalan menuju kamar mandi. Bagimana dia bisa tahu arah kamar mandi ? Batin Asrini.

Asrini duduk di atas tempat tidurnya,  dia merasa sangat mengantuk, tapi dia berusaha untuk tidur karena dia ingin menunggu Lestari dan menujukkan kamar tidur untuknya. Hampir setengah jam berlalu, tapi Lestari belum datang juga.

“Kenapa lama sekali di kamar man..” belum selesai Asrini mengucapkan kalimat itu dia mendengar suara berisik dari arah kamar mandi, sedetik kemudian dia mendengar tangisan, lebih tepatnya jeritan. Asrini terlonjak bangun dan segera berlari menuju kamar mandi.

Pintu kamar mandi yang berwarna cokelat itu tertutup rapat, di dalamnya terdengar suara seorang wanita yang menangis; pelan dan memilukan, membuat siapa saja yang mendengarnya merinding. Asrini tampak ragu, dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Terasa ada kekuatan yang mendorongnya untuk mengetuk pintu, “Lestari, kamu kenapa ?” suara yang keluar dari mulutnya bergetar, dia bingung dan takut.

Hening, tidak ada jawaban. Lalu tiba-tiba saja terdengar suara tertawa, tawa yang sangat mengerikan. Asrini mundur beberapa langkah, jantungnya berdetak sangat cepat dan keringat membasahi pelipisnya, “Lestari, kamu kenapa ?” dia berteriak.

Suara tawanya berubah menjadi memilukan, lalu terdengar teriakan, “Dasar lelaki jahanam    Lelaki sialan   ”

Asrini berjalan cepat ke arah pintu dan menggedornya dengan keras, “Buka pintunya Lestari, kamu ngapain di dalam ?”

“Lihat apa yang sudah kau lakukan padaku    Kau buang aku setelah aku memberikan semua yang aku punya   ”

Gedoran di pintu semakin keras, “Buka pintunya   ”

Lestari tertawa, “Sekarang aku sudah bebas    Aku lepas    Aku tidak perlu lagi menanggung aib ini   ”

Kekatukan dan kebingungan Asrini perlahan berubah menjadi kekuatan, dia mundur beberapa lamhkah lalu mendobrak pintu kamar mandi dengan keras, tapi begitu pintu terbuka dia tercengang; tidak ada siapapun di sana   Kamar mandi itu kosong   Asrini mengucek-ngucek matanya, tapi tetap saja kamar mandi itu kosong. Seketika tubuhnya lemas. Apa tadi dia hanya berhalusinasi ? Apa memang benar-benar tidak pernah ada yang datang ? Tapi rasanya seperti nyata; benar-benar nyata. Jeritan itu, tawa itu, tangisan itu, teriakan itu, semuanya terlalu nyata untuk hanya menjadi ilusi belaka.

Bulu kuduk Asrini berdiri, dia berjalan tertatih menuju kamarnya, mungkin dia memang hanya berhalusinasi karena dia merasa takut sendirian. Iya, dia pasti hanya menghayal kalau ada orang yang menemaninya. Dia berjalan terus menuju kamarnya, tapi ntah kenapa dia tidak sampai-sampai. Dia seakan berputar-putar di ruang tamu. Pintu kamar tidurnya hanya berjarak dua meter di depannya, tapi dia tidak juga berhasil sampai di sana. Ada apa ini ? Jantung Asrini berdetak lebih cepat. Kini dia yakin memang ada sesuatu yang janggal di rumah ini. “Aku harus pergi dari sini.” Katanya pada dirinya sendiri. Dia mempercepat langkahnya, bukan ke kamarnya lagi, tapi ke pintu depan. Anehnya dia bisa dengan mudah sampai di pintu itu.

Tepat sebelum Asrini membuka gagang pintu, pintu itu diketuk orang dari luar. Asrini terkesiap. Keringat mulai bercucuran dengan deras di sekujur tubuhnya. Tubuhnya tak bisa bergerak, seakan lumpuh total. Otaknya juga berhenti bekerja.

Ketukan itu terdengar makin keras, tapi tak ada suara yang mengiringinya. Asrini masih terpaku, namun sedikit demi sedikit dia sudah bisa mengambil kendali atas tubuhnya, bisa saja itu pak kades yang menghawatirkan keadaannya. Secercah harapan muncul di benak Asrini. Diapun menggerakkan tangannya yang bergetar ke arah gagang pintu dan membukanya perlahan.

Begitu pintu terbuka, Asrini melotot tajam. Di depannya berdiri seorang gadis yang setengah jam yang lalu juga berdiri di tempat yang sama, namun kini gadis itu terlihat jauh berbeda. Pakaiannya berlumur darah, begitu juga kulitnya. Matanya menatap kosong ke arah Asrini, wajahnya penuh luka dan begitu menyeramkan. Tangannya, oh apa yang ada di tangannya itu ? Dia menggenggam segumpal daging merah, darah menetes dari gumpalan daging itu.

Asrini diam tak bergerak, hanya matanya yang semakin lama semakin terbuka dengan lebar. 

Gadis itu menyeringai lalu mendekatkan tangannya ke arah bibirnya, dia mengigit daging yang penuh dengan darah segar itu dan menelannya. Asrini membuka mulutnya dan berteriak dengan keras, “Aaaa…………..” dan tubuhnyapun ambruk ke lantai, mata dan mulutnya terbuka dengan sangat lebar, jantungnya yang sebelumnya berdetak dengan sangat cepat kini tak berdetak sama sekali. Sementara makhluk yang ada di depannya tertawa menyeramkan, melihat korbannya yang tergeletak dengan mata dan mulut yang menganga.

Cerita Misteri Malaikat Pendampingku

Cerita Misteri Malaikat

                                                                  Gambar Malaikat

Cerita Misteri Malaikat

“Aku tidak mau  ” saya memulai hariku dengan satu teriakan ; untungnya teriakan itu tersangkut di tenggorokanku, jadi tak ada orang yang terganggu. 

Saya mengucek-ngucek mataku serta menguap sekian kali. Saya sangat malas untuk tuun dari tempat tidurku yang hangat. Saya sangat malas untuk menggerakkan kakiku. Saya sangat malas untuk menuruti kata hatiku, “Aku tidak mau  ” saya berteriak lagi, kesempatan ini saya menutupi mulutku dengan bantal. Saya tidak mau lihat muka itu. Saya tidak suka muka buruk itu  

“Ayolah, saya penasaran  ” hatiku menekan. 

“Nggak ingin  ” 

“Bisa saja telah ilang  ” 

“Nggak ingin  ” 

“Please…. sekali saja  ” hatiku berlutut, memelas, memohon-mohon. 

Saya nyerah  Saya menyeret tubuhku turun dari kasur serta kuseret kakiku perlahan-lahan. Saya takut. Saya juga deg-degan. Seperti apa saat ini muka buruk itu? Saya mengkalkulasi langkahku. Kesangsian mulai merasukiku, bagaimana bila saya tak kuat? 

“Lelet banget  Cepet deh  ” si boss mengkomando. 

“Kita tidak lagi cepat-cepat kan? ” saya ajukan pertanyaan pada hatiku. 

“Aku penasaran  ” hatiku teriak. 

Fyuuhhh… Akupun melangkahkan kakiku dengan lebih cepat sampai pada akhirnya saya hingga. Dia disana, menutupi pipi kanannya dengan tangan. Saya menatapnya, dia menatapku. Saya berbalik, saya belum siap, “Pengecut  ” si hati sok berkuasa itu menghinaku. Saya bukanlah pengecut  Saya mengambil langkah mendekatinya. Saya lihat dengan kuatir bagaimana dia menggerakkan tangan yang digunakan menutupi pipinya. Sial  Sisa itu masihlah disana  Besar  Hitam  Menjijikkan  

Hatiku membisu, tidak berani lagi menyuarakan perintah-perintah maupun ejekannya. Saat ini tinggal saya serta dia, sama-sama tatap, berdiri dalam kesunyian. Saya menunduk. “Aku tidak mau. Saya tidak mau. Tidak mau. Tidak mau  ” saya mengatakan mantra itu berkali-kali kali, seakan itu yaitu mantra pengusir monster yang berdiri di depanku. 

“Kamu tidak dapat sembunyi selalu. ” Hatiku berkicau lagi, tetapi kesempatan ini dengan nada lembut keibuan, tidak lagi nyolot seperti tadi. Hatiku benar. Saya tak dapat terus menerus sembunyi. Saya mesti menghadapinya. 

Saya berupaya menghimpun keberanianku. Saya memerhatikan si yang memiliki sisa luka buruk itu dari kaki hingga kepala. Dia miliki badan yang bagus. Tidaklah terlalu kurus serta tidaklah terlalu gendut. Dia lumayan tinggi, sekitaran 168centimeter. Rambutnya hitam panjang. Kulitnya putih seperti orang Jepang. Matanya, oh matanya. Saya telah lama mengetahui mata itu, tetapi baru kesempatan ini saya dapat menatapnya dengan dalam. Bibirnya tertutup rapat, tetapi matanya, mereka bicara. 

Saya tutup mataku, coba merangkai bebrapa peristiwa dari narasi yang sampai kini saya cobalah lupakan. 

Itu berlangsung dua minggu waktu lalu. Gadis itu pulang sekolah berbarengan beberapa rekannya. Dia tampak begitu cantik. Semuanya yang memandangnya pastinya akan kagum karena itu. Dia jalan dengan anggun, seperti seseorang puteri dari negeri dongeng. 

“Gila… Panes banget hari ini. ” Salah seseorang rekannya berkata sembari mengipasi berwajah dengan buku.

“Aku bener-bener mengharapkan saya cukup usia untuk miliki SIM. ” Kata gadis itu, si monster. Dia mengambil satu cermin kecil dari tasnya serta mengecheck make-up nya, “Gimana penampilanku? ” dia ajukan pertanyaan pada beberapa rekannya. 

“Cantik, seperti umum. ” 

Dia tersenyum, “Aku tahu. ” Dia menyimpan cermin kecil itu di tasnya, namun sebelumnya cermin iu masuk kedalam tas, dia berteriak, “Minggir  ” ada seseorang anak kecil di depannya serta satu truck bergerak ke arahnya. Anak itu tak bergerak, dia seperti terhipnotis. 

Si monster lari serta mendorongnya. Terdengar bunyi klakson serta rem yang berdecit, “Minggir  ” sopir truck berteriak dengan cemas, tetapi terlambat, cewek itu tertabrak. Peristiwa itu berlangsung dalam waktu relatif cepat mata. 

Mataku masihlah tertutup ; saya berupaya mengingat peristiwa selanjutnya. Bila saya tak salah, cewek itu tersadar sekian hari sesudah dia tertabrak. Dia ada dirumah sakit, ke-2 orang tuanya ada disana. Mereka begitu lega putri yang paling disayangi mereka telah siuman. 

“Nina dimana Ma? ” 

“Kamu dirumah sakit, sayang. Bagaimana kondisimu? Ada yang sakit? ” 

“Rumah sakit? ” 

Ibunya bercerita kecelakaan yang menimpanya. 

“Nina inget saat ini, bagaimana kondisi anak itu? ” 

Ayahnya menjawab, “Dia baik-baik saja. Ibunya senantiasa dateng kesini. Dia begitu berterimakasih. ” 

Cewek itu tersenyum, namun senyumnya menghilang waktu dia lihat rasa sedih di raut muka ke-2 orang tuanya, “Ada apa, Pa, Ma? ” 

“Nggak ada apa-apa. ” Ibunya menjawab sembari mengusap air mata yang mendadak meleleh di pipinya. 

“Jangan bohong  Mengapa Ibu menangis? ” 

Sang bapak menerangkan kondisi yang sesungguhnya, “Kamu ditabrak truck serta sebagian potongan kaca melukai pipimu. Kata dokter luka itu bakal meninggalkan sisa yang mungkin saja tak dapat hilang. ” 

JEDAR   

Hari itu cerah, tak ada hujan, namun ada halilintar di satu diantara ruang tempat tinggal sakit itu, “Apa? ” cewek itu shocked. Diapun lihat bayangannya di satu vas bunga yang besar. Dia melepas perban yang menutupi berwajah, dia nyaris pingsan sesudah tahu apa yang perban itu menyembunyikan, fakta yang begitu pahit  Disana, di pipi putihnya, ada sisa luka yang cukup besar, “Nggak  ” dia melempar vas itu ke lantai. 

Mulai sejak hari itu, dia senantiasa mengurung diri di kamar. Dia tidak ingin berjumpa siapa saja. Dia begitu malu. 

Tok tok tok … Terdengar ketukan di pintu, “Siapa? ” dia ajukan pertanyaan dengan malas. 

“Ini Ibu, buka pintunya Nin. ” 

Pintupun di buka perlahan-lahan, dia lihat mamanya berbarengan seseorang wanita, orang asing, “Ini yaitu Bu Sari, ibu dari anak kecil yang kamu selamatkan saat itu. Sesungguhnya beliau menginginkan menemuimu dari sekian hari waktu lalu, namun ibu rasa kamu belum siap. ” 

“Terimakasih banyak nak, ibu tidak paham apa yang bakal berlangsung pada Rangga bila nak Nina tak menyelamatkannya. Nak Nina memanglah seseorang malaikat. ” 

MALAIKAT  Saya buka ke-2 mataku. MALAIKAT, ulangku. 

Saya memandang monster, eh, malaikat itu, lagi. Dia tersenyum. Oh Tuhan, dia tampak cantik. Sisa luka itu tak menghilang, masihlah di pipinya, namun dia tampak cantik. Senyumnya manis. Ya, manis. Malaikat 

Kisah Nyata Misteri Ilmu Warisan Leluhur

Cerita Misteri Ilmu Warisan Leluhur 

                                                       Gambar Ilmu Warisan Leluhur

Cerita Misteri Ilmu Warisan Leluhur 
Ilmu warisan adalah cerita misteri cerita riil peristiwa gaib kemasukan setan yang dihadapi wanita gadis pembantu rumah tangga waktu bekerja dirumah majikannya. Sedetailnya silakan simak cerita pendek misteri tersebut : 

Cerita ini yaitu satu cerita riil yang dihadapi sendiri oleh penulis satu tahun lebih lantas mengenai manusia yang dapat beralih jadi suatu hal yang mengerikan yg tidak kenali oleh manusia tersebut. Ilmu hitam yang di wariskan pada keturunan anak wanita pertama yang ada di satu keluarga. Cerita gaib ini banyak merebak di kelompok suku Sangir yang ada di Sulawesi Utara. Umumnya mahkluk ini di sebut Songko oleh kebanyak suku Sangir. Cerita mengenai Songko ini terdapat beberapa versi namun yang dihadapi penulis di tuliskan jadi cerita pendek dengan versi yang dihadapi penulis sendiri dengan cara riil. 

Ini peristiwa riil yang kualami di saat saya tinggal dirumah kakak iparku satu tahun lebih waktu lalu. Seperti umum lantaran sikap kakak iparku sampai pembantu tidak ada satupun yang dapat tahan. Kebetulan kakak iparku baru usai melahirkan anak ke-2. Sama dengan anak pertama anak ke-2 inipun anak lelaki, umurnya baru satu minggu. 

Waktu bertandang kerumah kakak suamiku yang paling tua disana kami berjumpa dengan seseorang gadis serta ibunya. Gadis itu bernama Siti anaknya tampak pendiam namun mempunyai muka yang cantik. Dari percakapan singkat nyatanya sang ibu akan mencarikan anaknya pekerjaan serta pekerjaan itu yaitu pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga (Baca juga narasi misteri Desta, click di sini). 

Kebetulan sekali, lantaran kakak iparku tengah mencari pembantu rumah tangga diapun menawari Siti pekerjaan. Kakak iparku banyak ajukan pertanyaan ini serta itu pada Siti yang di jawabnya dengan pelan serta tampak malu-malu. Syukurlah Siti ingin bekerja serta bersedia dibawah kerumah di waktu itu juga. Dalam hatiku sukanya bukanlah main lantaran telah ada yang bakal membantuku bekerja didalam tempat tinggal. 

Jujur saja bekerja seseorang diri dirumah yang besar ini sungguh merepotkanku serta membuatku begitu kelelahan, belum lagi saya mesti mengurusi dua anakku yang masihlah kecil-kecil. Jadilah hari ini Siti di bawa kerumah serta dia memperoleh kamar di belakang kamarku. 

Kamar itu memanglah khusus untuk kamar pembantu. Dekat dengan kamar mandi spesial tempat membersihkan baju. Saya masihlah ingat saat itu kami membawa Siti siang hari sekitaran jam 1 siang. Sepintas waktu mengetahui Siti saya dapat mengambil rangkuman anak ini baik, pendiam serta penurut. Hanya agak heran saja dengan berwajah yang cukup cantik, mengapa ingin bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Diakan dapat melamar untuk kerja di toko. Terlebih meskipun pendiam namun Siti mempunyai tampilan yang begitu menarik. Kulitnya putih serta tertangani. Yang membuatku sedikit terasa ganjil yaitu sorot matanya, tatapannya seperti kosong serta hampa. Namun saya tak mempersoalkan hal semacam itu. Sepanjang dia dapat bekerja serta membantuku saya tak peduli dengan tatapannya itu 

Waktu tiba dirumah akupun selekasnya mengulas tugas-tugasnya yang umum di lakukannya dirumah ini. Khusus untuk memasak saya yang turun tangan sendiri. Membersihkan serta menyetrika telah ada yang kerjakan. Tetangga di depan tempat tinggal memanglah telah lama bekerja sebagai buruh bersihkan serta setrika dirumah kakak iparku. Jadi pekerjaan Siti hanya beres-beres tempat tinggal seperti menyapu lantai, ngepel, bersihkan prabotan kramik, serta menyapu halaman diluar tempat tinggal. 

Tempat tinggal kakak iparku begitu besar dengan 10 kamar besar pada dua lantai dengan sebagian ruang yang di pisahlah. Ruang tamu, ruangan kerja, ruangan baca, ruangan sholat, ruangan tempat bermain anak-anak, serta ruangan makan. Dapurnya juga ada dapur basah serta kering. Belum lagi ruang yang ada di lantai atas dengan balkonnya. Bila di bertanya mengapa bangun tempat tinggal sebesar ini kata kakak ipar keluarganyakan besar tiap-tiap acara keluarga tentu pada ngumpul atau nginap saya sih memanglah membetulkan hal semacam itu. Keluarga suamiku begitu besar mereka ada 8 bersaudara umumnya bila ada acara lagi th. atau arisan keluarga semuanya tentu terkumpul. Tempat tinggal ini mempunyai halaman yang luas lantaran di depan tempat tinggal adan pengaturan taman yang di tanami sebagian jenis bunga. Kebetulan kakak iparku satu diantara pengagum tanaman terutama bunga-bunga. 

Sesudah mengulas beberapa pekerjaan yang perlu di lakukan Siti segera bergerak, mencari sapu lidi untuk menyapu halaman. Saya yang memerhatikan Siti bekerja dalam hati mengagumi akan juga, gadis ini begitu cekatan dalam pekerjaannya, dari menyapu halaman yang luas hingga mencabuti rumput liar yang tumbuh di pot-pot bunga. Sesudah usai saya menyarankannya untuk istirahat serta minum teh. 

Saya membuatkannya teh serta mempersiapkan biskuit buat kami makan berbarengan. Namun hingga mendekati mahgrib teh serta kuenya tak tersentuh. Mungkin saja Siti tak umum minum teh atau makan biskuit di sore hari. Itu yang ada dibenakku

Usai sholat mahgrib saya bersiap mempersiapkan makan malam, suamiku serta suami kakak iparku usai sholat segera nonton tv, menanti makan malam disiapkan. Akupun bergegas memangggil Siti untuk makan malam lantaran saya tahu mulai sejak siang tadi dia belum makan apa-apa. Kuketuk pintu kamarnya pelan, tidak ada jawaban, kuketuk sekali lagi tetap harus tidak ada jawaban. Sembari minta permisi saya buka pintu pelan yang memanglah nyatanya tidak di kunci. Siti yang tengah tidur secepat kilat bangun serta segera berdiri dihadapanku. 

Mendadak saya rasakan keanehan yang nyata, kudukku berdiri, udara di sekitarku beralih dingin, kutatap Siti lekat serta yang bikin jantungku berdegup kencang yang ada dihadapanku memanglah badan Siti namun berwajah telah beralih, bukanlah lagi berwajah yang cantik namun muka seseorang nenek tua yang menatapku dengan matanya yang merah serta suara berangan yg tidak terang. Ke-2 tangannya terangkat bergerak menginginkan menerkamku. Namun saya belum sadar dengan juga kondisi. 

‘’ Siti apa-apaan ini? janganlah bercanda anda! ‘’ seruku mengambil langkah mundur sedang Siti merangsak maju. Penuh ketakutan saya bergerak buka pintu serta segera menutupnya saat itu juga saya berteriak memanggil nama suamiku yang datang tergesa-gesa kearahku di ikuti oleh suami kakak iparku. ‘’ Ada apa? ’’ Bertanya suamiku menatapku tajam. Saya yang tengah menahan handel pintu yang dibuka paksa oleh Siti memandang suamiku ketakutan. 

‘’ Siti, Siti mungkin saja dia kerasukan. ’’ Ucapku gemetar. Dengan Sigap suamiku segera buka pintu di susul suami kakakku. Terdengar dari dalam kamar Siti suamiku menyuruhku mengambil air putih yang segera ku ambillah serta kubawa. Cepat sekali suamiku membaca doa serta lalu meminumkan air dengan paksa kemulut Siti yang merontah-rontah di tahan suami kakak iparku. Sebagian ayat suci di lantunkan suamiku serta sedetik lalu Siti pingsan. 

Saya yang baru kali itu di perhadapkan dengan pengalaman seperti itu cuma dapat memandang dengan kuatir. Malam itu juga sesudah Siti sadar dari pingsannya kami segera membawa dia kembali kerumah orang tuanya. Di selama perjalananpun dia bercerita mengapa dia seperti itu nyatanya pada saat dia duduk di dapur sendirian mendekati mahgrib ada seseorang kakek berjanggut panjang hingga kelantai datang menemuinya serta mengusirnya dari tempat tinggal. 

Tuturnya Siti mesti pergi dari tempat tinggal lantaran bila tak Siti dapat membahayakan seisi tempat tinggal. Tenyata sesudah di bawa kerumah orangtua Siti yang kaget lantaran belum satu hari bekerja telah di pulangkan merekapun menceritakan. Cerita yang bikin bulu kudukku meremang lagi. 

Tenyata Siti yaitu tiga bersaudara dia hanya satu wanita. Keluarga Siti datang dari suku Sangir. Pada saat kecil Siti senantiasa di titipkan pada neneknya yang dahulu dikenal sebagai tukang berobat atau dukun di desa Siti (penyembuhan dengan ilmu gaib) bapak Siti 3 bersaudara serta mereka semuanya mempunyai anak lelaki. Cuma keluarga Sitilah yang pada akhirnya mempunyai anak wanita yakni Siti. 

Tenyata tanpa ada di kenali orangtua Siti sang nenek yang di kira melindungi serta menjaga Siti sudah turunkan ilmu ke Siti. Hal semacam itu lalu di kenali orangtua Siti waktu Siti berusia 15 th.. Itu lantaran satu keanehan yang kerap berlangsung, kadang-kadang bapak atau ibu Siti temukan Siti diluar depan pintu tempat tinggal tertidur nyenyak dengan baju kotor serta tak kenakan pengalas kaki. Kadang-kadang juga Siti di dapatkan di kebun belakang tempat tinggal diantara pohon-pohon pisang yang di tanam ayahnya. Bila di tanya sang bapak atau ibu Siti bakal bercerita bila dia punya mimpi dibawah neneknya terbang. 

Anehkan? Sang ayahpun mengerti nyatanya ibunya yang sudah meninggal turunkan ilmu warisan moyang mereka ilmu yang termasuk ilmu hitam pada Siti. Lantaran menurut tua-tua kampung mereka, ilmu itu cuma bakal diturunkan pada anak wanita pertama di keluarga mereka apabila telah diturunkan selalu menempel di selama hidup Siti.

Mengapa di katakan ilmu hitam? lantaran ilmu itu bakal prima bila mengonsumsi anak bayi. Hiiii… mengerikankan? terlebih nyatanya waktu Siti datang kerumah dia telah mencium anyir bayi baru lahir punya kakak iparku, layak saja dia beralih jadi nenek-nenek. Hiiii… lagi-lagi saya bergidik ngeri. 

Dalam hatiku begitu iba lihat Siti, sungguh tega sang nenek turunkan ilmu hitam pada cucunya yang tidak berdosa. Oleh karena itu mengapa saya lihat tatapan Siti seakan kosong serta hampa. Orangtua Siti telah berobat kemana saja bahkan juga Siti pernah sekian kali memperoleh penyembuhan dari beberapa orang pinter yang populer dapat menyembuhkan beberapa hal sejenis ini. Namun tetap harus waktu senantiasa kambuh. 

Akupun baru mengerti mengapa Siti yang nyatanya pernah kuliah nyatanya tidak dapat bekerja ditempat yang lain serta cuma dapat jadi pembantu rumah tangga. Nyatanya dia alami hal yang seperti ini di hidupnya. Layak saja dia begitu pendiam, sayang sekali walau sebenarnya Siti begitu rajin bekerja. 

Pengalaman hari itu bikin saya serta kakak iparku trauma, sepanjang satu bulan penuh saya tidak dapat lama-lama di dapur bahkan juga jikalau malam serta saya bakal mengambil suatu hal dari dapur saya senantiasa minta di rekani sang suami. Akupun penasaran dengan narasi Siti yang berjumpa dengan kakek berjanggut. Perasaaan saya sempat juga lihat kakek itu waktu baru geser kerumah ini. Namun kupikir itu cuma sosok umum yang tinggal di sekitar tempat tinggal ini. Yang tentu kakak berjenggot itu telah menolong kami serta itu tak lepas dari kuasa Ilahi. Allah bakal senantiasa melindungi tempat tinggal yang di dalamnya sang yang memiliki tempat tinggal senantiasa patuh melaksanakan ibadah 

Meskipun peristiwa itu telah lama berlalu namun masihlah adalah misteri bagiku. Kepulauan sangir memanglah populer dengan beberapa hal gaib seperti itu. Bahkan juga sangat banyak dari mereka yang masihlah berpedoman ilmu hitam kadang-kadang bila ada dendam atau kebencian mereka senantiasa bikin beberapa orang yg mereka tidak suka alami hal seperti bila di jawa di namakan santet. Namun bagiku tak ada yang dapat melebihi kuasa dari Allah lantaran telah terang tak ada Tuhan lain terkecuali Allah SWT. Saya yg tidak yakin dengan beberapa hal seperti itu pada akhirnya mesti mengaku memanglah ada beberapa hal gaib seperti itu didunia ini. Bergantung kitalah bagaimana kita dapat terima serta tetaplah tergantung pada kuasa Allah serta bukanlah hal gaib.